Produksi Nikel Sulfat, RI Makin Siap Jadi Pemain Utama Baterai Kendaaraan Listrik

Produksi Nikel Sulfat, RI Makin Siap Jadi Pemain Utama Baterai Kendaaraan Listrik

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 26 Jul 2023 20:15 WIB
Hilirisasi yang dilakukan Harita Nikel di Pulau Obi
Foto: Achmad Dwi/Detikcom
Halmahera Selatan -

Indonesia semakin siap menjadi pemain baterai kendaraan listrik dunia. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi, khususnya nikel yang digaungkan pemerintah.

Hilirisasi ini salah satunya dijalankan PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel bersama dengan sejumlah perusahaan afiliasinya di Pulau Obi atau biasa disebut Pulau Obira di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Di pulau kecil tersebut, Harita Nickel melakukan kegiatan penambangan yang terintegrasi dengan kegiatan pengolahan dan pemurnian nikel.

detikcom mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Pulau Obi melihat aktivitas yang dijalankan Harita Nickel pada Selasa (11/7/2023) lalu. Untuk ke wilayah tersebut, waktu yang dibutuhkan hampir satu hari penuh. Maklum saja, hal tersebut berkaitan dengan ketersediaan moda transportasi yang menjangkau wilayah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari Jakarta, perjalanan dimulai dini hari dengan terbang ke Ternate. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Dari situ, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat baling-baling menuju Labuha. Perjalanan menyita waktu hampir 1 jam.

Tak berhenti di situ, perjalanan ke Pulau Obi berikutnya dilanjutkan dengan menggunakan kapal motor. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

ADVERTISEMENT

detikcom menginjakan kaki di Pulau Obi sekitar pukul 22.00 WIT. Namun, di tengah kegelapan itu tampak beragam aktivitas yang menujukkan pulau terpencil ini begitu hidup.

Hilirisasi yang dilakukan Harita Nikel di Pulau ObiHilirisasi yang dilakukan Harita Nikel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Di sekitaran dermaga, tampak kapal-kapal besar menyandar. Kemudian, ada juga crane-crane raksasa yang siap mengangkut hasil produksi Pulau Obi maupun sebaliknya. Lampu-lampu pabrik tampak menyala, dan tampak pula truk-truk besar berseliweran. Hal itu menunjukkan pulau ini tampak begitu sibuk. Kondisi serupa juga tak jauh beda dengan di siang hari.

Ditemui di Pulau Obi, Direktur Operasional Trimegah Bangun Persada, Younsel Evand Roos menjelaskan, pihaknya menyambut baik upaya pemerintah mendorong hilirisasi. Hal itu sejalan dengan perkembangan kendaraan listrik.

"Dengan adanya perkembangan tersebut Harita mulai melakukan investasi dengan membangun beberapa pabrik nikel," katanya di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Dijelaskannya, Harita Nickel telah membangun pabrik dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Lewat pabrik ini, nikel kadar tinggi (saprolit) diolah menjadi feronikel. Feronikel sendiri merupakan bahan baku stainless steel.

Pabrik Harita Nikel di Pulau ObiPabrik Harita Nikel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Pihaknya juga telah membangun pabrik dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL). Dengan pabrik tersebut, nikel kadar rendah (limonit) yang selama ini jarang dimanfaatkan, diolah menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Selanjutnya, MHP diolah menjadi produk yang lebih hilir lagi yakni nikel sulfat dan kobalt sulfat. Nikel sulfat dan kobalt sulfat ini lah yang memiliki peran penting dalam produksi baterai kendaraan listrik. Dia mengatakan, pabrik nikel sulfat yang dimiliki Harita merupakan yang pertama di Indonesia dan terbesar di dunia.

"Hilirisasi yang lebih lanjut dari HPAL ini kita lakukan dengan membangun pabrik nikel sulfat dan kobalt sulfat dengan skala yang terbesar di dunia, yang pertama ada di Indonesia," katanya.

Lebih lanjut, Younsel menyebut, kapasitas produksi feronikel PT Megah Surya Pertiwi (MSP) sebesar 25 ribu ton metal. Sementara, kapasitas produksi PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) sebesar 95 ribu ton metal. Jadi, kapasitas produksi feronikel di bawah Harita Nickel sebesar 120 ribu ton metal.

"Sedangkan untuk nikel, kobalt sulfat itu diharapakan full kapasitas nantinya akan mencapai 240 ribu ton nikel sulfat dan kobalt sulfat," sambungnya.

Head of Technical Support PT Halmahera Persada Lygend, Rico W Albert menilai, kebijakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain baterai kendaraan listrik merupakan hal yang realistis dan rasional. Dia mengatakan, jika bicara baterai kendaraan listrik, maka tidak lepas dari komoditas nikel.

Di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar. Mengutip Booklet Tambang Nikel 2020 Kementerian ESDM, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 72 juta ton atau 52% dari cadangan nikel dunia yang sebesar 139,4 juta ton.

"Sumber daya nikel di Indonesia sangat besar, ditambah lagi program pemerintah hilirisasi di mana ada pembangunan pabrik-pabrik smelter yang banyak dan besar yang sangat mendukung ke arah pembangunan untuk baterai listrik ke depannya," katanya.

Dalam rantai produksi baterai kendaraan listrik, nikel sulfat dan kobalt sulfat berada di tengah-tengah. Dia menjelaskan, adapun tahapan produksi baterai kendaraan listrik yakni dimulai dari ore nikel (limonit) diolah menjadi MHP. Kemudian, MHP diolah menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.

"Rantai produksi berikutnya akan menjadi prekursor, kemudian elektroplating katoda, baru ke baterai listrik. Jadi saat ini kita masih beberapa rantai ke depan untuk sampai ke baterai listrik," ungkapnya.

Rico mengatakan, adapun kapasitas produksi MHP mencapai 365 ribu ton per tahun. Kemudian, MHP diolah menjadi nikel sulfat dengan kapasitas produksi 240 ribu ton per tahun dan kobalt sulfat 30 ribu ton per tahun.

Hasil Nikel dari Harita Nikel di Pulau ObiHasil Nikel dari Harita Nikel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Saat ini, pihaknya memproduksi nikel sulfat sebesar 160 ribu ton per tahun. Nantinya, produksi akan dinaikan lagi sehingga menjadi 240 ribu ton per tahun. Kobalt sulfat juga sedang dalam tahap produksi mengacu dengan spesifikasi yang direncanakan. Dia mengatakan, dalam waktu dekat akan melakukan ekspor kobalt sulfat.

"Dalam beberapa hari ke depan, atau beberapa minggu ke depan kita sudah mulai ekspor perdana kobalt sulfat. Kapasitas pabrik sendiri saat ini 30 kiloton (30.000 ton) per tahun," katanya.

Diproduksinya nikel sulfat dan kobalt sulfat memiliki makna tersendiri bagi Indonesia yang ingin menjadi pemain baterai kendaraan listrik dunia. Sebab, itu berarti membuat posisi Indonesia semakin dekat.

Produksi nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan yang pertama di Indonesia. Khusus nikel sulfat, bahkan pabriknya merupakan yang terbesar di dunia.

"Harita merupakan produsen MHP pertama di Indonesia dan juga pertama memproduksi nikel sulfat dan kobalt sulfat," ungkapnya.


Hide Ads