Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa program hilirisasi, termasuk hilirisasi nikel, bakal bakal berbuah manis. Juru Bicara Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Yustinus Prastowo menjelaskan investasi hilirisasi nikel di Indonesia tumbuh pesat usai pemerintah menghentikan ekspor nikel ore pada 2020.
Jumlah pabrik pengolahan nikel bertambah menjadi 43 sehingga membuka peluang kerja yang sangat besar. "Ini baru satu komoditas, belum tembaga, bauksit, CPO & Rumput laut," katanya di akun Twitter pribadinya @prastow, dikutip detikcom.
Sementara itu Jokowi juga menyinggung bahwa memiliki Sumber Daya Alam (SDA) saja tidak cukup. Oleh karena itu diperlukan hilirisasi dan transfer teknologi yang memanfaatkan energi terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah saat ini telah mewajibkan perusahaan tambang membangun pusat persemaian untuk menghutankan kembali lahan pasca pertambangan. Dalam kesempatan itu ia juga menyebut hilirisasi harus menyasar komoditas lain selain mineral.
"Hilirisasi dimaksud, tidak hanya pada komoditas mineral, tetapi juga non mineral seperti kelapa sawit, rumput laut, kelapa dan komoditas potensial lainnya yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM Petani & Nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil," bebernya.
Selain itu, Prastowo juga menyebut pemerintah terus mengupayakan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Saat SDM dipersiapkan maka lapangan kerjanya juga perlu disediakan demi menghasilkan produktivitas nasional. Di sinilah hilirisasi memberikan peluang bagi Indonesia.
"Untuk itu kita juga harus kembangan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya. Oleh karena itu, ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity," imbuhnya.
Baca juga: Ini Bukti Hilirisasi Nikel Berbuah Manis |
Dalam cuitannya Prastowo memang menyebut banyak pesan yang bisa dipetik dari pidato Jokowi, termasuk capaian, kesempatan, hingga strategi Indonesia.
"Tadi kita mendengarkan pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden. Jika kita cermati, banyak pesan yang bisa kita petik, termasuk di antaranya capaian, kesempatan dan strategi Indonesia. Kita ulas yuk," katanya di akun Twitter pribadinya @prastow, dilihat detikcom Rabu (16/8/2023).
Pidato Jokowi terkait bonus demografi yang mencapai puncaknya tahun 2030 menjadi peluang besar untuk meraih Indonesia Emas tahun 2045. Hal ini dikarenakan 68% penduduk berada di usia produktif sehingga menjadi kunci produktivitas nasional.
Prastowo juga menyoroti kepercayaan internasional yang dimiliki Indonesia, karena peran dan bukti nyata Indonesia dalam mengambil sikap. Hal ini tercermin dari Presidensi Indonesia pada G20, keketuaan Indonesia di ASEAN dan konsistensi Indonesia dalam menjunjung HAM dan kesetaraan.
"Indonesia juga sukses menghadapi krisis dunia selama tiga tahun terakhir, yang mendongkrak dan menempatkan Indonesia kembali dalam peta percaturan dunia. Indonesia dengan Pancasila, harmoni keberagaman dan prinsip demokrasinya mampu menghadirkan ruang dialog dan menjadi titik temu dan menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada," bebernya.
Dengan kesempatan tersebut, kata Prastowo, strategi pertama Indonesia adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun Indonesia berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,%, menaikkan indeks pembangunan manusia menjadi 72,9, dan menaikkan indeks pemberdayaan gender menjadi 76,5 di tahun 2022.
(ily/fdl)