Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam menyongsong revolusi industri keempat alias industri 4.0. Saat ini daya saing digital Indonesia di kancah global terbilang masih sangat rendah.
"Hal ini ditunjukkan dengan survei competitiveness Indonesia yang dilakukan oleh IMD World Digital Competitiveness Ranking (WDCR) tahun lalu 2022 di mana Indonesia berada di ranking 51 di antara 63 negara lainnya. Artinya Indonesia belum masuk ke dalam status atau kategori technology driven country," kata Agus dalam sambutannya di acara Indonesia 4.0 Conference and Expo di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023).
Agus menerangkan, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia seperti masih rendahnya tingkat adopsi teknologi, lambatnya transformasi digital maupun infrastruktur penunjang yang belum optimal, baik di lingkup pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya salah satu kunci penyelesaian masalah ini ialah dengan mendorong terciptanya kolaborasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu saya minta dukungan seluruh stakeholder untuk kita sama-sama mengakselerasi industri 4.0 di mana diperlukan dua hal yaitu sinergi dan kolaborasi seperti yang dilakukan beberapa negara yang berhasil mengimplementasikan 4.0 dalam industri atau sektor manufaktrunya," ujar Agus.
"Kolaborasi itu harus melibatkan seluruh stakeholder, baik pemerintah, pelaku usaha, akademisi, R&D, technical provider, grup konsultan, dan termasuk ini menurut saya sekarang menjadi sangat penting yaitu financial actor atau finance provider," tambahnya.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan serangkaian upaya dalam mendorong revolusi industri lewat program Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan lima tahun lalu. Lewat program ini, pemerintah telah membentuk 10 strategi prioritas nasional meliputi perbaikan alur aliran barang dan material, desain ulang zona industri, serta akomodasi standar-standar keberlanjutan (sustainability).
Berikutnya, strategi keempat lewat pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, dan harmonisasi aturan dan kebijakan.
"Memperkuat hal tersebut, pemerintah juga menetapkan tujuh sektor industri prioritas yang dinilai berkontribusi besar dalam peningkatan PDB, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, industri otomotif, industri kimia, industri elektronika, industri farmasi, dan industri alat kesehatan," pungkasnya.
(shc/ara)