Kemenperin Siapkan Jurus Khusus Genjot Kontribusi IKM ke PDB

Kemenperin Siapkan Jurus Khusus Genjot Kontribusi IKM ke PDB

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 23 Agu 2023 17:26 WIB
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjembatani kebutuhan industri kecil dan menengah (IKM) dengan teknologi buatan startup lewat gelaran program Startup for Industry. Dengan program ini, harapannya IKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) RI di 2024 bisa tembus 21,8%.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengatakan, program ini berperan sebagai penghubung bagi industri dan startup untuk berbagi sumber daya, seperti akses untuk manufaktur mass production, akses pembiayaan, basis data permasalahan industri, akses kompetisi implementasi teknologi, akses ke pasar yang lebih luas, hingga go global.

"Program Startup for Industry merupakan strategi Kementerian Perindustrian untuk mempersiapkan tech startup Indonesia sebagai penyedia teknologi bagi industri dan masyarakat," kata Reni dalam acara Indonesia 4.0 Conference & Expo di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi IKM untuk berkembang adalah keterbatasan akses teknologi. Oleh karena itu, dengan menjembatani hubungan antara startup dan para pelaku usaha diharapkan dapat menjadi solusi untuk membantu IKM berkembang.

"Dari segi jumlah IKM berdasarkan data BPS 2021, bahwa jumlah unit usaha industri kecil 4,2 juta. Hampir 99,2% dari keseluruhan unit usaha di Indonesia, tapi jumlah tersebut nilai outputnya terhadap PDB masih sangat kecil, hanya tercatat 21%. Jadi tugas Ditjen IKMA bagaimana nilai output IKM terhadap PDB ini meningkat di 2024 menjadi 21,8%, walaupun sekarang sudah sampai 21,4%," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, menaikkan akan terjadi apabila unit usaha terkait telah menerapkan penggunaan teknologi. Adapun sejak 2018 hingga saat ini ada 1.115 startup yang berpartisipasi dalam program Startup for Industry dan 10% diantaranya telah mengimplementasikan teknologinya kepada para pelaku IKM.

"Tapi IKM-nya sendiri harusnya lebih dari 1.115 itu," imbuhnya.

Reni mengungkapkan, kendala yang paling banyak ditemui oleh para pelaku IKM dalam menjalankan usahanya cukup bervariasi. Mayoritas, berkenaan dengan teknologi sensori dan otomasi. Misalnya di industri makanan, apabila tidak menggunakan teknologi yang mendukung kedua hal itu, pengemasan akan sulit dilakukan sehingga produknya bisa rusak.

"Contoh untuk gula palma, ada suhu tertentu yang menyebabkan warna gula merahnya sesuai yang diharapkan. Kalau tidak dilengkapi alat itu bisa gosong dan produknya gagal," jelasnya.

Adapun Ditjen IKMA Kemenperin sendiri telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 3 miliar untuk membiayai 58 proyek implementasi dalam kurun waktu 2018 - 2023 sekaligus pemberian penghargaan kepada para startup pemenang saat program berakhir. Reni yakin, dengan peningkatan teknologi bisa meningkatkan daya saing usaha, terutama dari segi kualitas produk dan efisiensi produksi.

"Jadi PR ke depannya, bagaimana startup yang dihasilkan ini bisa diimplementasikan, kemudian menjawab permasalahan ataupun kebutuhan IKM akan teknologinya. Juga tidak berhenti di IKM, kita harapkan startup ini dikenalkan dengan industri besar," pungkasnya.

(shc/ara)

Hide Ads