Indonesia hingga saat ini masih melakukan impor untuk bahan baku pestisida berupa methomyl. Berdasarkan data Indonesia Trade Data, di tahun 2019 impor methomyl technical sebagai bahan aktif berkadar 98% Indonesia didominasi dari Tiongkok.
Namun impor methomyl tersebut diharapkan menurun setelah Indonesia memiliki pabrik sendiri. Salah satu perusahaan swasta PT Delta Giri Wacana (DGW Group) mulai melakukan pembangunan pabrik bahan baku pestisida (karbamat) berupa methomyl dalam rangka memenuhi kebutuhan internal Perusahaan serta pasar domestik dan impor.
Pabrik ini terletak di Kawasan Industri Modern Cikande Kabupaten Serang, Banten. Pabrik yang nantinya akan berdiri di areal seluas 4,5 hektar tersebut akan memproduksi 2.000 metrik ton methomyl per tahun di tahap awal dan akan terus ditingkatkan hingga mampu menghasilkan 6.000 metrik ton setiap tahun dalam tiga tahun ke depan.
DGW Group menargetkan pada tahun 2024 pabrik karbamat tersebut sudah mulai beroperasi untuk mendukung kegiatan produksi.
Pada investasi ini, PT Delta Giri Wacana menyiapkan CAPEX sebesar US$ 20 juta atau Rp 312 miliar (kurs Rp 15.600) untuk pembangunan fisik pabrik serta mesin produksi. Pabrik ini juga nantinya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas utama seperti gudang, carbamation dan formulation plant, laboratorium, area perkantoran dan bangunan utilitas.
Pabrik karbamat merupakan salah satu katagori pabrik yang memerlukan teknologi tinggi sehingga Perusahaan mendatangkan mesin dari luar dalam menjamin keamanan dan optimalisasi produksi.
Dengan dibangunnya pabrik ini, diharapkan ketergantungan produsen pestisida nasional terhadap bahan baku impor dapat berkurang serta dapat mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional.
"Kehadiran pabrik karbamasi ini tentunya akan menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah di negara sendiri dalam kemandirian memproduksi produk solusi pertaniannya sehingga risiko ketergantungan bahan baku dari luar bisa dihindari," ujar Direktur Utama DGW Grup David Yaory dalam keterangannya, Minggu (8/10/2023).
Pestisida memiliki peran penting bagi upaya proteksi tanaman atas gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau hama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas panen petani.
Jika tidak ditanggulangi dengan baik dan bijak tentunya akan mengakibatkan potensi gagal panen. Seperti yang dialami para petani di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada pertengahan Juni 2023 lalu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi mencatat sekitar 200 hektar dari lahan musim tanam kedua yang seluas 50.998 hektar hasil panennya menurun hingga cenderung gagal panen akibat serangan hama wereng dan tikus.
(das/kil)