PT Pupuk Indonesia (Persero) terus tingkatkan daya saing proses produksi pupuk nasional dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang lebih efisien dalam konsumsi energi. Upaya ini dilakukan melalui proyek revamping pabrik Ammonia-2 yang dijalankan oleh salah satu anak usahanya, yaitu PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).
Pengembangan ini tertuang dalam penandatanganan Revamping Ammonia Plant-2 Project EPC Contract Signing Ceremony yang dilakukan oleh Direktur Utama PKT Budi Wahju Soesilo dengan Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers & Constructor Raymond Naldi Rasfuldi dan disaksikan langsung oleh Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dan Komisaris Utama PKT Eka Sastra, Rabu (1/11).
"Kerja sama revamping ammonia plant-2 ini sangat penting mengingat tantangan dunia saat ini mengharuskan kita semua lebih efisien, lebih kompetitif, lebih profitable, dan di saat yang bersamaan harus lebih ramah lingkungan, less carbon society atau less carbon economy itu sebuah keniscayaan," ungkap Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi, dalam keterangan tertulis, Rabu (1/11/2023).
Rahmad berharap pengembangan atau revamping ammonia plant-2 Pupuk Kaltim menjadi contoh bagi pelaku industri pupuk nasional dalam meningkatkan efisiensi pada pabrik lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya apresiasi atas kerja keras tim Pupuk Kaltim bersama tim Tripatra yang sudah berhasil mencapai titik ini. Program ini sangat baik karena tidak hanya meningkatkan efisiensi, tapi juga ada pengurangan emisi karbon sehingga menjadi contoh di Indonesia, eksisting fasilitas yang sudah tidak efisien bisa dibuat lebih efisien dan ramah lingkungan," tambahnya.
Sementara itu, Dirut PKT Budi Wahju Soesilo menyatakan pengembangan atau revamping ammonia plant-2 PKT akan mengadopsi teknologi rendah energi sehingga pabrik yang ditargetkan selesai pada akhir 2025 ini lebih efisien dan ramah lingkungan.
"Ini merupakan pabrik tertua yang ada di Pupuk Kaltim yang telah beroperasi semenjak 1984. Revamping ini dilakukan agar pabrik ammonia 2 Pupuk Kaltim yang saat ini memiliki konsumsi energi sangat tinggi dapat lebih efisien dengan perubahan fasilitas teknologi yang digunakan," kata Budi.
"Hal tersebut dapat meningkatkan competitiveness produk urea dan amonia yang ada di Pupuk Kaltim, sehingga diharapkan dapat bersaing di pasar global," sambungnya.
Budi Wahju menyatakan proyek revamping ini sejalan dengan prinsip ESG yang menjadi prioritas PKT dalam mengupayakan transformasi hijau di Indonesia. Melalui pengembangan fasilitas teknologi yang digunakan pada pabrik PKT, perusahaan berupaya untuk lebih efisien lagi dalam menekan konsumsi energi.
Tentunya hal ini juga menjadi perwujudan komitmen untuk terus menciptakan produk-produk yang lebih kompetitif dan berkelanjutan sambil mengupayakan penurunan emisi dari hasil produksi PKT.
"Pupuk Kaltim terus melakukan berbagai inisiatif untuk mendukung pencapaian target dekarbonisasi melalui beberapa program. Mulai dari pembangunan pabrik soda ash, community forest (program penanaman pohon dengan melibatkan masyarakat), pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, salah satunya dengan penjajakan teknologi clean ammonia, hingga proyek pembaruan pabrik lama yang bisa menekan konsumsi energi," ungkap Budi.
"Upaya dekarbonisasi ini menargetkan penurunan emisi karbon sebanyak 32 persen di 2030 sebagai bentuk dukungan program pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission," lanjutnya.
President Director & CEO PT Tripatra Engineers & Constructors Raymond Naldi Rasfuldi mengapresiasi PKT dan Pupuk Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada Tripatra pada proyek revamping atau pembaruan ammonia plant-2 ini.
"Tentu kolaborasi ini menjadi kehormatan tersendiri bagi kami bisa bersinergi dengan Pupuk Kaltim dan Pupuk Indonesia. Insyaallah kita bisa berkumpul lagi dalam 24 bulan untuk bisa merayakan keberhasilan kita bersama," kata Raymond.
"Ini adalah keberhasilan Pupuk Indonesia, Pupuk Kaltim, dan Tripatra. Ini adalah keberhasilan Indonesia, untuk bisa memperbaiki dan meng-improve fasilitas yang sudah ada untuk tetap kompetitif dan mengikuti ketentuan yang ada mengenai emisi yang sekarang digaungkan di Indonesia," tutup Raymond.
(ncm/ega)