Dolar AS Menguat, Industri Besi dan Baja RI Kena Dampaknya?

Dolar AS Menguat, Industri Besi dan Baja RI Kena Dampaknya?

Samuel Gading - detikFinance
Senin, 06 Nov 2023 13:06 WIB
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo
Ketua IISIA dan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo/Foto: Aulia Damayanti/detikcom
Jakarta -

Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah belakangan ini ikut mempengaruhi ke industri besi dan baja. Bagaimana dampaknya?

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) meyakini industri besi dan baja bisa tumbuh 3-4% di tengah situasi tersebut. Ketua IISIA sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo, mengatakan menguatnya dolar AS terhadap rupiah dipastikan berpengaruh terhadap industri baja, khususnya terhadap harga bahan baku.

"Kalau di jangka pendek pasti berpengaruh. Hal ini karena (industri) baja itu didominasi oleh dolar AS, jadi semua negara (terpengaruh). Apalagi bahan baku baja kalau tidak dari Amerika Latin dari Australia, dan mata uang yang dipakai dolar," ucapnya dalam agenda Media Briefing Menjelang IISIA Business Forum 2023: Industri Baja Nasional Untuk Kemandirian Bangsa, Senin (6/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Purwono meyakini hal ini akan berpengaruh dalam jangka pendek saja. Sebab, industri besi dan baja memiliki tolok ukur harga dalam memasarkan produknya.

"Industri baja di Indonesia itu pakai range dalam menjualnya, range kursnya karena juga menghitung, kalau masih dalam range itu, sih, okelah, artinya mengurangi profit yang tadinya misalnya bisa profit 5% menjadi 2%. Tapi kalau menjadi minus biasanya kemudian diubah dan itu pun tergantung model tipenya, jadi nggak bisa seperti kita beli kacang langsung transaksional, tapi kita biasanya secara bertahap," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Di tengah penguatan dolar AS, Purwono meyakini bahwa industri besi dan baja Indonesia justru bisa tumbuh. Menurutnya, pasar sedang bergairah karena jenuh terhadap pandemi COVID-19 dan berbagai konflik geopolitik lainnya. Ia mengatakan pertumbuhan bisa mencapai angka 3-4% kendati tidak menyebut pertumbuhan tersebut untuk tahun kapan.

"Kita pernah mengalami kesuraman lima tahun yang lalu. Kalau sekarang lagi bergairah. Kita sudah kena Covid, kemarin benar-benar terpuruk. Sekarang ini lagi bagus. (Proyeksi) dari ekonomi 3-4%. Apalagi Indonesia sedang dapat giliran Ketua Asosiasi Asean Iron & Steel Council. Itu kita manfaatkan maksimal. Jangan berhenti, produksi lanjut terus," tegasnya.

Sementara berdasarkan catatan detikcom, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah terpantau mengalami tren pelemahan. Mata uang Paman Sam turun 164 poin atau 1,04% ke Rp 15.564.

Mengutip data RTI Senin (6/11/2023), dolar AS dibuka pada Rp 15.728 lalu kemudian terus melemah. Dolar AS bergerak pada level tertingginya di Rp 15.728 dan level terendahnya Rp 15.564. Dolar AS melemah terhadap rupiah secara harian dan mingguan hingga secara bulanan.

Simak juga Video: Dolar AS Menggila, Sentuh Level Rp 15.550!

[Gambas:Video 20detik]



(ara/ara)

Hide Ads