Terungkap Biang Kerok Ekspor Minyak Sawit RI Turun

Terungkap Biang Kerok Ekspor Minyak Sawit RI Turun

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 27 Feb 2024 19:44 WIB
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Harga jual Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit tingkat petani sejak dua pekan terakhir mengalami penurunan dari Rp2.850 per kilogram menjadi Rp1.800 sampai Rp1.550 per kilogram, penurunan tersebut pascakebijakan pemeritah terkait larangan ekspor minyak mentah atau crude palm oil (CPO). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
Ilustrasi.Foto: ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS
Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat volume ekspor minyak sawit menurun dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya peningkatan konsumsi dalam negeri baik untuk pangan, biodiesel dan oleochemical.

"Volume ekspor mengalami penurunan terutama karena meningkatnya kebutuhan dalam negeri dan ada pelemahan global yang mempengaruhi. Contoh waktu pandemi COVID-19 ekspor kita juga mengalami penurunan, tapi nilainya yang naik justru," kata Ketua Umum GAPKI Eddy Martono dalam Ulang Tahun GAPKI ke-43 di Ayana Midplaza Jakarta, Selasa (27/2/2024).

Berdasarkan catatan GAPKI ekspor produk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) mengalami penurunan 2,38% dari 33,15 juta ton di 2022 menjadi 32,21 juta ton di 2023. Sementara itu, ekspor untuk biodiesel dan oleokimia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 29 ribu ton dan 395 ribu ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Uni Eropa yakni sebesar 11,6% dari 4,13 juta ton di 2022 menjadi 3,70 juta ton di 2023. Sebaliknya, ekspor untuk tujuan Afrika naik 33% dari 3.183 ton menjadi 4.232 ton, China naik 23% dari 6.280 ton menjadi 7.736 ton, India naik 8% dari 5.536 ton menjadi 5.966 ton dan Amerika Serikat naik 10% dari 2.276 ton menjadi 2.512 ton.

Tren penurunan ekspor itu salah satunya dikarenakan konsumsi dalam negeri yang naik 8,90%, dari 21,24 juta ton pada 2022 menjadi 23,13 juta ton di 2023. Konsumsi itu sekitar 40-50% dari produksi minyak sawit.

ADVERTISEMENT

Implementasi kebijakan Biodiesel (B35) yang secara efektif dilakukan pada Juli 2022 disebut telah meningkatkan konsumsi minyak sawit sebesar 17,68% yakni dari 9,04 juta ton pada 2022 menjadi 10,65 juta ton di 2023. Implementasi itu membuat konsumsi biodiesel selama 2023 telah melampaui konsumsi untuk pangan dalam negeri.

"Konsumsi kita naik terus. Sekarang ini konsumsi biodiesel sudah melampaui konsumsi untuk pangan," ucap Eddy.

Di sisi lain, tingginya konsumsi dibarengi dengan produksi yang relatif stagnan selama 2019-2022. Hanya pada 2023 sedikit lebih tinggi mencapai 50,07 juta ton atau naik 7,15%, karena adanya penambahan areal tanaman menghasilkan (TM).

"Selalu kita khawatir di sini kalau produksi tidak kejar, konsumsi naik terus ini warning buat kita karena nanti akan terjadi persaingan antara pangan dan energi," beber Eddy.

(aid/hns)

Hide Ads