Industri Tekstil Jadi Penyumbang Limbah Terbesar, Apa Solusinya?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 24 Mar 2024 17:22 WIB
Ilustrasi limbah tekstil (Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Jakarta -

Industri tekstil merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia dengan ukuran pasar diperkirakan mencapai US$ 13,83 miliar pada tahun 2024 dan diproyeksikan mencapai US$ 18,10 miliar pada tahun 2029. Negara ini masuk dalam sepuluh besar produsen garmen dan tekstil secara global, dengan mengerahkan sekitar tiga juta orang secara lokal.

Namun, bersama kontribusi ekonominya, industri ini masih meninggalkan masalah terkait keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan limbah. Proses produksi dalam industri tekstil sering kali diiringi oleh limbah cair yang dapat mencemari sungai dan perairan domestik. Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dalam polusi air yang disebabkan oleh industri tekstil di antara negara-negara G20, dan diperkirakan akan menghasilkan 3,9 juta ton limbah tekstil pada tahun 2030.

Primatek Group memanfaatkan peluang yang ditimbulkan oleh tantangan ini dengan menghadirkan solusi untuk industri tekstil agar bisa untuk mencapai kedua kemakmuran ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Rentang teknologi dan inovasi mereka untuk industri tekstil meminimalkan dampak lingkungan sambil memaksimalkan keuntungan.

Mulai dari mengurangi jejak karbon hingga menghemat energi dan sumber daya, solusi-solusi ini berkontribusi pada kedua margin keuntungan dan penghematan biaya. Dengan memperkenalkan inovasi-inovasi ini, Primatek Group berkomitmen untuk mendukung pabrik-pabrik dan industri tekstil Indonesia secara lebih luas dalam mencapai praktik-praktik berkelanjutan.

Melansir keterangan resmi perusahaan ada Proxima Smartcorner dari Savio yang menawarkan berbagai fitur canggih termasuk produktivitas yang ditingkatkan, konsumsi energi yang dioptimalkan, kualitas benang premium, otomatisasi limbah keras yang dikurangi, dan konektivitas data yang mulus. Solusi berkelanjutan lainnya adalah sistem pengolahan limbah Panta Rei, yang memungkinkan pembuangan cairan nol dan hingga 80% air yang dapat digunakan kembali, secara signifikan mengurangi jejak lingkungan produksi tekstil.

Selain itu, kemitraan antara Temsan dan Säntis Textiles memberikan solusi daur ulang mekanis melalui sistem daur ulang RCO100, mengubah limbah tekstil menjadi benang kapas daur ulang 100% bersertifikasi GRS. Lebih lanjut, perusahaan Swiss dan pakar dalam kimia tekstil yang ramah lingkungan - TextilColor, menyajikan solusi pewarnaan yang mengurangi waktu proses, konsumsi air, penggunaan energi, dan jejak kimia keseluruhan. Inovasi-inovasi ini, bersama dengan banyak lainnya, menegaskan komitmen Primatek Group untuk mendorong keberlanjutan dalam industri tekstil.

Perusahaan menyadari bahwa manajemen rantai pasokan berkelanjutan didorong tidak hanya oleh kekhawatiran lingkungan tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Tekanan regulasi dari lembaga pemerintah dan asosiasi profesional perdagangan, tekanan sosial dari LSM dan media, serta tekanan pasar dari merek dan konsumen akhir semua memainkan peran penting dalam mendorong dorongan menuju keberlanjutan.




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork