Pemerintah Diminta Lakukan Ini biar Industri Tekstil Tak Lesu

Pemerintah Diminta Lakukan Ini biar Industri Tekstil Tak Lesu

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 19 Mei 2025 12:37 WIB
Produk tekstil impor dari China makin deras masuk ke Indonesia. Para pengusaha industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jabar pun mengeluh karena terancam bangkrut.
Foto: Rico Bagus
Jakarta -

Pemerintah mesti hati-hati dalam mengambil kebijakan. Hal itu termasuk soal wacana pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap impor benang filamen tertentu.

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik sekaligus Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas mengatakan, harus dilakukan perhitungan secara cermat mengenai dampaknya, bukan saja terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT), karyawan juga bagi pemerintahan.

"Kalau kita melihat usulan KADI terkait dengan besaran BMAD dari 5,12% sampai 42,3% tentu akan memberatkan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Bila melihat kebutuhan industri hulu, benang filamen sintetik seperti Partially Oriented Yarn (POY) adalah sesuatu yang vital sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tekstil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fernando menjelaskan, apabila melihat data kebutuhan POY industri tekstil dalam negeri setiap tahunnya mencapai 257.680.000 kg. Sedangkan ketersediaan POY setiap tahunnya hanya 141.917.000 kg sehingga masih ada kekurangan sekitar 115.763.000 kg untuk memenuhi kebutuhan industri TPT dalam negeri.

"Sehingga kalau dilakukan penerapan BMAD maka akan sangat berdampak terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang jumlahnya mencapai 1 juta serta 5.000 lebih perusahaan besar dan sedang," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Hal itu karena tidak terpenuhinya pasokan bahan utama produksi tekstil seperti POY dan DTY yang akan menghambat produksi yang mengakibatkan berhentinya operasional pabrik. Perusahaan yang tidak beroperasi tentu akan merumahkan para karyawan dalam waktu tertentu atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Selain itu akan mengakibatkan hasil produksi industri dalam negeri tidak akan mampu bersaing dengan hasil produksi luar negeri akibat biaya produksi bertambah dikarenakan tidak terpenuhinya bahan baku utama. Sehingga akan memberikan dampak terhadap industri dalam negeri serta terhadap pendapatan negara.

"Saat ini ada sekitar 3 juta karyawan yang hidupnya bergantung pada perusahaan TPT sehingga apabila pemerintah memberlakukan BMAD akan berpotensi mengakibatkan terjadinya PHK besar-besaran akibat perusahaannya ditutup," katanya.

Simak juga video "Komisi VII Akan Panggil Menperin, Bahas PHK di Industri Tekstil" di sini:

(acd/acd)

Hide Ads