Konglomerat ternama RI, Sukanto Tanoto, lagi-lagi melakukan investasi besar. Melalui perusahaannya, Royal Golden Eagle, Sukanto disebut menggandakan investasi di China dengan membangun pabrik senilai 11 miliar yuan (US$ 1,5 miliar) atau Rp 24,3 triliun (kurs Rp 16.202).
Dilansir dari Forbes, Kamis (2/5/2024), pabrik yang direncanakan memproduksi serat lyocell di Provinsi Shandong, yang terletak di China bagian timur. Serat lyocell adalah bahan mentah yang digunakan untuk membuat kertas dan tekstil.
RGE, yang berbasis di Singapura, dikabarkan menandatangani perjanjian dengan pemerintah Provinsi Shandong untuk membangun fasilitas tersebut. Pabrik tersebut bakal memproduksi sebanyak 600 ribu ton serat lyocell setiap tahun ketika mulai berproduksi secara komersial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investasi baru ini terjadi setelah RGE menyelesaikan pengambilalihan perusahaan kertas tisu raksasa China yakni Vinda International Holdings senilai U$ 3,3 miliar atau Rp 53,4 triliun pada Maret silam.
Dalam beberapa tahun terakhir, RGE diketahui tengah melakukan ekspansi bisnis di China. Salah satu unit bisnisnya yakni Asia Symbol, diketahui telah mengoperasikan fasilitas manufaktur di provinsi Shandong dan Guangdong. Pabrik di kedua provinsi tersebut memproduksi total 2,2 juta ton pulp, 1,5 juta ton kertas halus, 600 ribu kertas karton, dan 250 ribu ton kertas tisu setiap tahunnya.
Sayap RGE juga terentang sampai Brazil. Pada Januari 2023, unit bisnis RGE lainnya, Bracel, mengakuisisi OL Papeis. Pada April 2023, Bracel pun mengumumkan total investasi sebesar US$ 500 juta atau Rp 8,1 triliun untuk membangun fasilitas kertas tisu dan pulp di negara tersebut.
Berdasarkan catatan detikcom, pada 2023, Forbes mencatat kekayaan Sukanto Tanoto mencapai angka US$ 3,15 miliar atau sekitar Rp 48 triliun. Harta sebanyak itu berasal dari RGE Group yang dibangunnya sejak tahun 1973.
Disebutkan dalam laman resminya, aset yang dimiliki RGE sudah mencapai lebih dari US$ 35 miliar atau Rp 542 triliun dengan lebih dari 70.000 tenaga kerja di seluruh dunia mulai dari Indonesia, Tiongkok, Brasil, dan Kanada, serta kantor pemasaran lainnya.
Simak juga Video: Badai Hujan Es dan Salju Menghantam China