3 Fakta Bata yang Baru Saja Tutup Pabrik di Purwakarta

3 Fakta Bata yang Baru Saja Tutup Pabrik di Purwakarta

Herdi Alif Al Hikam, Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Sabtu, 11 Mei 2024 13:15 WIB
Pekerja tengah memproduksi sepatu dan sandal di pabrik PT Sepatu Bata Tbk, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (28/5/2015). Menghadapi tahun ajaran baru bagi siswa sekolah dan jelang bulan Ramadhan, Bata memproduksi sekitar 25.000 pasang per harinya untuk memenuhi kebutuhan pasar di seluruh Indonesia. Selain dipasarkan di Indonesia, produk sepatu dan sandal Bata juga diekpor hampir ke 15 Negara. Agung Pambudhy/Detikcom.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Produsen sepatu ternama, PT Sepatu Bata Tbk (BATA), telah menutup salah satu sentra produksi alas kakinya yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Penutupan itu terungkap dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Bata kepada otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam surat keterbukaan informasi yang disampaikan Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko, disebutkan perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.

"Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," jelas Hatta dalam keterangannya, Minggu (5/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini 3 fakta soal Bata tutup pabrik di Purwakarta:

1. Sepi Orderan Biang Kerok Tutup Pabrik

Hatta menjelaskan pabrik tersebut kurang orderan atau permintaan produksi dari pemasok lokalnya di Indonesia. Permintaan yang minim membuat ongkos produksi lebih besar daripada pemasukan, maka dari itu pabrik terpaksa ditutup.

ADVERTISEMENT

"Karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," sebut Hatta.

Dia melanjutkan perusahaan sudah berupaya untuk mempertahankan operasional semua sentra produksinya termasuk pabrik sepatu di Purwakarta.

Namun di tengah kerugian perusahaan dan tantangan industri alas kaki yang makin banyak perusahaan tak mampu lagi mempertahankan pabrik tersebut untuk tetap dibuka.

"PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," beber Hatta.

2. Rugi Membengkak

Bata sendiri beberapa tahun ini sedang dirundung masalah keuangan, apalagi sejak pandemi COVID-19 merajalela yang membuat daya beli masyarakat menurun. Hingga 2023, perusahaan masih mencatat minus pada kinerja keuangannya. Keuangan Bata masih berdarah-darah.

Melansir laporan keuangan konsolidasian yang diunggah perusahaan pada Keterbukaan Informasi BEI, Bata mencatatkan kerugian sebesar Rp 188,41 miliar di tahun 2023.

Kerugian ini naik hingga 75,83% atau sekitar Rp 81,12 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 107,15 miliar.

Sementara itu penjualan total selama tahun 2023 juga mengalami penurunan 5,2% menjadi Rp 609,61 miliar. Kemudian, beban usaha menjadi Rp 380,55 miliar, turun tipis 0,74% dari tahun sebelumnya.

Aset perusahaan juga tercatat makin minim, terjadi penurunan sebesar 19,10%. Di tahun 2022 tercatat aset Bata mencapai Rp 724 miliar menjadi hanya Rp 585,73 miliar di tahun 2023.

3. Perusahaan Asal Ceko

Bata namanya cukup tenar bagi masyarakat di Indonesia, khususnya di kota besar. Bahkan, saking tenarnya banyak yang menganggap Bata sebagai perusahaan lokal, padahal tidak seperti itu.

Bata sendiri sebetulnya merupakan perusahaan asing asal Republik Ceko. Berdasarkan catatan detikcom, nama lengkap perusahaan alas kaki ini adalah T&A Bata Shoe Company dan terdaftar di Zlin, Republik Ceko. Pendirinya juga merupakan warga negara Ceko, Tomáš Bata dan beberapa saudaranya.

Perusahaan ini sudah dibentuk sejak tahun 1894. Kesuksesan besar Bata pertama kali adalah usai mendapatkan orderan sepatu tentara Austro-Hongaria. Total mereka memproduksi sebanyak 50.000 buah sepatu sepanjang perang tersebut.

Hingga kini produk perusahaan sepatu Bata hadir di lebih dari 70 negara dan memiliki fasilitas produksi di 21 negara, termasuk di Indonesia.

Berdasarkan situs resmi perusahaan, di Indonesia sendiri pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT Sepatu Bata Tbk. Adapun pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1939. Pada masa tersebut, Bata melakukan kerjasama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan asing, sehingga dilarang menjual langsung ke pasar. Bata saat itu hanya menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem konsinyasi.

Bata makin serius pada bisnisnya di Indonesia. Bahkan, perusahaan PT Sepatu Bata memilih melantai di Bursa Efek Jakarta. Per 1982 perusahaan terdaftar sebagai emiten dengan kode saham BATA.

Berbekal lebih dari 125 tahun sejarah dalam bisnis sepatu, kini Bata menawarkan berbagai koleksi sepatu yang melayani semua tingkat kelompok pendapatan dan usia; mulai dari balita hingga anak-anak, wanita dan juga pria.

(eds/eds)

Hide Ads