Uni Eropa (UE) menaikkan besaran tarif bea masuk tambahan yang cukup tinggi terhadap mobil listrik asal China, yakni hingga 37,6%. Pengenaan tarif ini berada di atas tarif standar UE untuk impor mobil dari negara lain yang sebesar 10%.
Melansir dari CNA, Sabtu (6/7/2024), Komisaris Lembaga Kompetisi Eropa Margrethe Vestager mengatakan bea masuk tersebut tidak dimaksudkan untuk menekan para produsen kendaraan listrik China dan mengunggulkan para produsen kendaraan listrik di Eropa.
"Sebaliknya, tarif tersebut akan memperbaiki apa yang kami anggap tidak adil, dan memberikan persaingan yang setara bagi produsen lokal," jelas Vestager.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini penting karena industri kendaraan listrik global tidak hanya disediakan oleh China untuk seluruh dunia," katanya lagi.
Lebih lanjut, Vestager memastikan langkah ini bukanlah blokade alias penutupan arus impor. Sebab dengan adanya tarif penambahan bea ini, China masih bisa memperdagangkan kendaraan listriknya di Eropa
"Dengan tarif tersebut, masih akan ada impor EV dari China ke Eropa. Ini bukan blokade. Perdagangan global masih berlangsung," katanya.
Sebagai informasi, pada Jumat (5/6) kemarin, Uni Eropa telah menaikkan bea masuk hingga 37,6% untuk kendaraan listrik asal China. Langkah ini dimaksudkan untuk melindungi industri otomotif negara-negara anggotanya.
Para pejabat UE mengatakan subsidi pemerintah China memberikan keuntungan yang tidak adil bagi perusahaan kendaraan listrik asal negaranya dalam persaingan global.
Sebab dengan subsidi itu para produsen asal China memproduksi dan menjual kendaraan listriknya dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang diproduksi di Eropa.
Besaran kenaikan tarif ditentukan berdasarkan perkiraan jumlah bantuan negara yang diterima setiap pembuat kendaraan listrik, dan tingkat kerja sama mereka dengan penyelidik UE.
"Bagi beberapa perusahaan dengan kerja sama yang erat, mereka sangat bersedia untuk membuka pembukuan mereka, sehingga dikenakan tarif yang lebih rendah yang dikenakan. Sedangkan untuk yang tidak kooperatif, tarifnya lebih tinggi," kata Vestager.
Perusahaan-perusahaan yang kooperatif (termasuk pembuat mobil barat Tesla dan BMW yang juga punya pabrik di China) akan dikenakan bea sebesar 20,8%, sementara perusahaan yang dianggap tidak kooperatif akan dikenakan bea yang lebih tinggi sebesar 37,6%.
(hns/hns)