Banyak Pesawat yang Beroperasi di RI Servisnya Malah di Luar Negeri

Banyak Pesawat yang Beroperasi di RI Servisnya Malah di Luar Negeri

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 13 Jul 2024 07:30 WIB
Wide-angle view of a modern aircraft gaining the altitude outside the glass window facade of a contemporary waiting hall with multiple rows of seats and reflections indoors of an airport terminal El Prat in Barcelona
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/skyNext
Jakarta -

Industri bengkel pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) Indonesia masih tertinggal dibanding negara tetangga. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), 70% pesawat yang beroperasi di Indonesia justru memanfaatkan MRO di luar negeri.

Menurut Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Kemenperin, Syahroni Ahmad, Singapura menjadi salah satu pesaing Indonesia dalam hal bengkel pesawat.

"Data terakhir pesawat yang beroperasi di Indonesia, 30% MRO di dalam negeri, 70% di luar, di Singapura dan negara lainnya" katanya dalam konferensi pers di kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Jumat (12/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyatakan pemerintah terus mendorong negara-negara lain, termasuk di kawasan Eropa untuk memberikan lisensi MRO ke Indonesia. Apalagi, sisi jasa berkontribusi cukup besar untuk mendongkrak global value chain Indonesia.

"Ini kita coba pendekatan supaya negara lain mau memberikan MRO, atau lisensi, seperti Eropa di EU-CEPA, perusahaan MRO Eropa itu sama, seragam, dan berlisensi, sehingga diharapkan pesawat yang di Maintenance di dalam negeri besar lagi dari 30%," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Dalam kaitannya dengan global value chain, sektor jasa dan tahap perencanaan berkontribusi lebih besar dibanding proses produksi. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat.

Ia mencontohkan Nike yang lebih fokus pada pembuatan desain karena nilai tambahnya lebih besar. Produsen alat olahraga itu lalu membuat basis produksinya di negara-negara berkembang.

"Sebagai contoh, perusahaan sepatu, Nike asal Amerika, itu mereka tidak punya pabrik sepatu. Mereka dikerjakan oleh negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, tapi mereka mengerjakan desain, di mana nilai tambahnya menjadi lebih besar," ujar dia.

Syahroni menyebut pemerintah terus mendorong keterlibatan Indonesia dalam global value chain. Salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada industri kecil menengah hingga pendampingan ekspor.

(ily/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads