Pabrik Kemasan Aseptik Pertama di RI Resmi Beroperasi

Pabrik Kemasan Aseptik Pertama di RI Resmi Beroperasi

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 03 Agu 2025 19:00 WIB
Ilustrasi Wanita Bekerja di Pabrik
Ilustrasi pabrik - Foto: Getty Images/iStockphoto/agnormark
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi nilai produksi industri kemasan nasional akan tumbuh mencapai Rp 105 triliun pada akhir 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat, kemajuan teknologi pengemasan, serta pertumbuhan pesat sektor farmasi dan e-commerce.

Airlangga mengatakan industri kemasan akan tetap tumbuh selama masih ada sumber daya manusia (SDM) yang membutuhkan makan dan minum, meski ketidakpastian dunia masih membayangi.

"Walaupun dunia menghadapi berbagai macam ancaman, tantangan, pertumbuhan ekonomi rata-rata 5%, tetapi selama masih ada pertumbuhan kelahiran, selama masih ada human resource atau semakin banyak SDM yang membutuhkan makan dan minum, maka disitu butuh packaging karena packaging ini membawa dari sumber kepada rumah masing-masing. Jadi ini industri yang menurut saya recession-proof," kata Airlangga dalam keterangan resmi, Minggu (3/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat nilai produksi industri kemasan nasional menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022 nilainya mencapai Rp 87,6 triliun, lalu menjadi Rp 93,2 triliun di tahun 2023.

ADVERTISEMENT

Airlangga sendiri baru meresmikan pabrik kemasan aseptik pertama di Indonesia milik PT Lami Packaging Indonesia di Serang, Banten pada Jumat (1/7). Ia mengapresiasi langkah ini sebagai salah satu industri yang mendukung transisi energi bersih melalui pemanfaatan energi surya solar panel dengan kapasitas mencapai 5,3 megawatt (MW).

"Langkah tersebut diharapkan dapat diadopsi oleh berbagai sektor industri sehingga mampu mendukung target pencapaian Net Zero Emission yang digalakkan pemerintah," ucapnya.

Industri kemasan aseptik tercatat masih melakukan impor dengan nilai US$ 193 juta pada 2024. Hal tersebut menandakan bahwa pasar industri kemasan memiliki jangkauan yang luas dan masih terdapat ruang untuk terus mengoptimalkan produksi sektor tersebut sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Ke depan, pemerintah terus mendorong penguatan sektor industri sebagai salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 19,6%, sektor industri menjadi sektor penunjang utama dalam struktur ekonomi nasional.

"Karena tidak ada pabrik lain yang melakukan aseptic packaging di Indonesia, sehingga persaingannya hanya dengan persaingan global. Tetapi dengan keberadaan di Indonesia dari segi logistik akan sangat menguntungkan bagi industri makan minum ke depan. Dengan pembangunan pabrik baru ini, semoga bermanfaat luas dan mendorong daripada pertumbuhan industri makan minum," tutur Airlangga.

Sebagai informasi, industri aseptic packaging merupakan industri yang memproduksi kemasan steril (aseptik) untuk menyimpan dan mendistribusikan produk, terutama makanan dan minuman. Dengan peluang pertumbuhan sektor makanan, minuman, serta farmasi yang dinilai akan pesat, aseptic packaging menjadi industri strategis yang mendukung ketahanan pangan dan distribusi logistik modern.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads