Pabrik soda ash pertama di Indonesia mulai dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Pabrik ini nantinya mampu memproduksi 300.000 ton soda ash, memenuhi sekitar 30% kebutuhan nasional yang selama ini bergantung pada impor.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan, Indonesia selama bertahun-tahun terpaksa mengimport produk soda ash, dengan volume yang terus bertambah. Setidaknya saat ini Indonesia mengimpor kurang lebih 1 juta ton soda ash dari berbagai negara seperti Amerika Utara hingga China.
Padahal, Indonesia sendiri memiliki semua bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi soda ash itu sendiri. Beberapa bahan baku pembuatan soda ash adalah CO2 dan amonia. Kedua bahan tersebut terdapat secara luas pada fasilitas produksi Pupuk Kaltim, maupun Pupuk Indonesia Grup.
"Impor soda ash di Indonesia sekarang 1 juta ton dan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan sekitar 5-6% per tahun. Kalau sekarang saja kita impor 1 juta, dan Indonesia tidak mulai membangun (pabrik) soda ash, tidak bisa saya bayangkan berapa besar devisa kita yang harus kita keluarkan Indonesia," kata Rahmad dalam acara Groundbreaking Pabrik Soda Ash di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (31/10/2025).
Pabrik Soda ash di Bontang ini akan dibangun di atas lahan seluas 16 hektar. Persiapan pembangunan pabrik ini telah dimulai sejak Juni 2025 dan ditargetkan dapat rampung pada bulan Maret 2028.
Selain itu, abrik ini akan memanfaatkan CO2 kurang lebih sebesar 174.000 ton per tahun. Tidak hanya memproduksi soda ash, nantinya pabrik ini juga akan amonium klorida sebesar 300.000 ton. Produksi ini diharapkan dapat menekan impor amonium klorida, yang merupakan bahan baku pupuk, senilai Rp 250 miliar per tahun.
"Indonesia tidak hanya mengimpor soda ash, tapi Indonesia juga mengimpor produk sampingan hasil pabrik soda ash yaitu ammonium chloride. Jadi hasil dari sini tidak hanya menggantikan impor soda ash, tapi juga menggantikan impor dari ammonium chloride sebagai pupuk yang sangat dibutuhkan untuk kebun kelapa sawit," jelasnya.
Sementara itu, Senior Director of Business Performance & Assets Optimization PT Danantara Asset Management (Persero), Bhimo Aryanto, mengatakan Soda ash atau natrium karbonat merupakan bahan baku utama industri kaca, deterjen, tekstil, kertas, hingga baterai kendaraan listrik. Selama ini seluruh kebutuhan Soda ASH nasional dipenuhi melalui impor, Sementara permintaan terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Dengan kapasitas produksi yang signifikan, pabrik ini diharapkan mampu menggantikan impor secara bertahap, sekaligus membuka jalan bagi potensi ekspor di masa depan. Inilah wujud nyata dari hilirisasi industri kimia nasional yang selama ini menjadi arah strategis pemerintah," kata Bhimo.
Bhimo berharap, pabrik ini akan dapat menjadi benchmark baru Bagi industri kimia hijau di Indonesia yang menunjukkan efisiensi, profitabilitas, dan berkelanjutan dapat berjalan beriringan dengan pembangunan pabrik. Pabrik ini juga harapannya bisa mendongkrak ekonomi Kota Bontang dari 9,8% menjadi 10,5%.
"Selama konstruksi, proyek ini akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal, dan setelah beroperasi menciptakan ratusan pekerjaan permanen," ujarnya.
Simak juga Video Bahlil Ungkap RI Bakal Bikin Pabrik Etanol, Salah Satunya di Merauke
(kil/kil)