×
Ad

Manajemen Pabrik Sumber Radiasi di Cikande Sulit Ditemukan, Balik ke China

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 10 Nov 2025 19:30 WIB
Kemenperin RDP dengan Komisi VII DPR RI - Foto: detikcom/Retno Ayuningrum
Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan PT Peter Metal Technology (PMT) sudah tidak beroperasi dan tutup sejak Juli 2025. Diketahui, PT PMT menjadi sumber radiasi paparan radioaktif cesium-137 (cs-137) di kawasan industri Cikande, Serang, Banten.

PMT merupakan perusahaan peleburan baja yang memanfaatkan besi bekas (scrap baja) untuk memproduksi baja kembali. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Kemenperin Setia Diarta mengatakan izin usaha PT PMT terbit pada Oktober 2024 lalu.

Perusahaan sempat mengajukan izin impor bahan baku pada Juni 2025, tapi Kemenperin tidak pernah memberikan izin impor. Lalu belum ada satu tahun, perusahaan tersebut tutup pada Juli.

"Operasi perusahaan ini, itu tidak sampai setahun ibu Bapak. Izin usahanya itu di Oktober 2024. Juli 2025 ini industri sudah tutup," ujar Setia dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

Meski tanpa izin impor, Setia menerangkan PT PMT masih bisa berproduksi. Menurutnya, perusahaan tersebut mendapatkan scrap baja yang berasal yang berasal dari dalam negeri.

"Bagi kami masih memungkinkan mereka untuk berproduksi, walaupun mereka tidak dapat izin impor bahan baku Pak. Karena mereka bisa mengambil bahan baku itu dari dalam negeri. Tapi by operasinya tetap posisinya adalah pemanfaatan scrap dan dari dalam negeri itu memungkinkan untuk mereka beroperasi," jelasnya.

Seperti diketahui, kasus radiasi di Cikande menjadi sorotan usai produk udang serta cengkeh asal Indonesia ke AS terkena paparan cs-137. Hal ini membuat pemerintah membentuk tim gabungan Satgas Penanganan Radiasi Cs-137.

Dalam rapat koordinasi terbatas dengan Satgas tersebut, Setia menerangkan pemerintah masih mencari manajemen PT PMT. Ia mengakui pemerintah kesulitan lantaran manajemen perusahaan sudah kembali ke China.

"Sampai akhir pertengahan Oktober kemarin kami rakor, kesulitan untuk menemukan manajemennya. Karena sudah kembali ke Cina semuanya. Jadi ini sudah ranah APH, jadi kami diminta untuk menyerah, biarkan APH yang turun langsung," tambahnya.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork