Deni, salah satu warga Kampung Cikuda RW 13, Desa Mandala Sari, Kecamatan Cilalong Wetan, Bandung Barat, menilai amdal pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak diperhatikan pihak terkait.
"Kami mengeluhkan amdal dampak dari pembangunan proyek kereta cepat ini, banyak urukan tanah yang masuk ke sawah warga," kata Deni saat ditemui detikFinance di dekat lokasi pembangunan, Minggu (5/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Deni, tidak ada warga sekitar yang berdekatan dengan lokasi proyek pembangunan kereta cepat yang ikut menjadi pekerja proyek. "Tidak ada, saya ingin ada lah warga sini yang kerja di proyek tersebut," kata Deni.
Lokasi pembangunan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung ada di wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Akses masuknya melintasi jalan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Kebun Panglejar Bagian Maswati sekitar sejauh lima kilometer.
Jalur perkebunan tersebut kondisinya rusak dan berbatu. Apalagi karena sering dilintasi truk proyek kereta cepat jalan tersebut memperparah kerusakan jalan. Selain itu karena kerap membawa material tanah merah, jalan menjadi becek dan membahayakan pengguna jalan.
"Kalau hujan becek, suka ada yang jatuh yang menggunakan sepeda motor," kata pengguna jalan, Isep Muhamad (34), kepada detikFinance di jalan menuju lokasi proyek pembangunan.
Pantauan di lokasi, tanah merah berjatuhan dari truk proyek pembangunan kereta cepat. Lantaran jalan itu kerap dilintasi truk berukuran besar sehingga di sejumlah titik jalan berubah menjadi kubangan lumpur.
"Jatuhnya kalau melintasi lumpur itu, sangat licin. Apalagi kebanyakan yang jatuhnya pengendara motor perempuan," ujar Isep sambil menunjuk ke jalan yang becek. (dna/dna)