Sampai saat ini progres pembebasan lahan secara keseluruhan telah mencapai 75,86%, namun progres konstruksi per seksi terbilang lebih lambat dari rencana target.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima detikFinance di Jakarta, Rabu (15/11/2017), progres konstruksi tol Manado-Bitung yang terbagi atas dua seksi ini masih sekitar 21,57%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konstruksi segmen ini sudah dimulai sejak bulan Oktober 2016 oleh Sino Road and Bridge Group dengan nilai kontak Rp 1,24 triliun.
Sementara untuk seksi 1 Segmen 2 ruas Sukur-Tumaluntung sepanjang 7 km progres konstruksinya saat ini sebesar 35,01%.
Sedangkan konstruksi seksi 2 yang dikerjakan oleh PT JMB, untuk segmen II A sepanjang 11,5 km ruas Airmadidi-Danowudu saat ini progres fisiknya sebesar 29,02% dan seksi II B ruas Danowudu-Bitung (13,5 km) saat ini progresnya baru 0,7%.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun menginstruksikan agar kontraktor pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung menambah peralatan dan tenaga kerja serta memaksimalkan pekerjaan pada lahan yang sudah bebas. Saat ini progres pembebasan lahan secara keseluruhan sudah mencapai 75,86%.
"Manajemennya harus diperbaiki dan kontraktor juga harus menambah peralatan dan tenaga kerja serta mengoptimalkan pekerjaan pada lahan yang sudah bebas," kata Basuki.
Menurutnya konstruksi ruas tol ini juga dapat selesai lebih cepat mengingat kondisi tanahnya tidak membutuhkan penanganan khusus seperti pada beberapa ruas tol di Trans Sumatera dan Trans Jawa.
Tol Manado-Bitung sendiri adalah salah satu proyek strategis nasional (PSN) pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tol ini ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019.
Kehadiran Tol Manado-Bitung yang menghubungkan Kota Manado ke Pelabuhan Internasional Bitung sudah sangat ditunggu masyarakat karena lalu lintas di jalan arteri nasional kerap terjadi kemacetan dan rawan kecelakaan lalu lintas.
Kemacetan mengakibatkan waktu tempuh meningkat tajam terutama pada jam sibuk. Bila beberapa tahun sebelumnya, waktu tempuh Manado - Bitung dan sebaliknya sekitar 45 menit, namun saat ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam.
"Kehadiran Tol Manado-Bitung meningkatkan kelancaran akses Pelabuhan Internasional Bitung sebagai salah satu pintu ekspor impor bagi kawasan Indonesia bagian timur.
Hal ini akan mempersingkat lalu lintas barang dan jasa yang sebelumnya harus melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Ini juga akan mendukung perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung," ucap Basuki.
Sebagai informasi, Tol Manado-Bitung dibangun dengan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) di mana dari 39 km, Seksi 1 sepanjang 14 km Manado-Sukur-Airmadidi dikerjakan melalui APBN dan pinjaman Pemerintah China dan Seksi 2 sepanjang 25 km Airmadidi-Bitung yang hak konsesinya dimiliki oleh badan usaha jalan tol (BUJT) PT Jasa Marga Manado Bitung dengan biaya investasi mencapai Rp 5,12 triliun.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Riel Mantik mengatakan Kementerian PUPR bersama pihak terkait lainnya akan berupaya keras untuk bisa menyelesaikan Tol Manado-Bitung ini sesuai rencana.
"Tol ini merupakan dambaan masyarakat Nyiur Melambai. Memang ada kendala dalam penyelesaian pembebasan tanah. Kami berharap pemilik tanah tanah bersedia melepas tanahnya untuk pembangunan bagi kepentingan umum. Tentunya dengan ganti rugi yang wajar berdasarkan penilaian tim penilai independen," jelasnya. (eds/dna)