Dalam membangun Trans Papua pada salah satu segmennya di ruas Merauke-Tanah Merah-Waropko-Oksibil, kebutuhan suplai batu sebagai bahan pembangunan jalan didatangkan dari Palu, Sulawesi Tengah. Suplai batu didatangkan dari Palu karena ketiadaan material batu pecah di wilayah tersebut.
"Pada segmen IX yaitu ruas Merauke-Tanah Merah-Waropko-Oksibil tantangannya adalah ketiadaan batu-batuan. Oleh karenanya batu-batuan harus didatangkan dari Kota Palu atau menggunakan campuran tanah dan semen (soil cement)," kata Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto dalam keterangan resminya, seperti dikutip Kamis (25/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal inilah yang membuat pengerjaan ruas jalan Trans Papua banyak melibatkan Zeni TNI, selain untuk menjaga keamanan tetap kondusif.
Pembangunan Jalan Trans Papua sendiri akan terus dilanjutkan dan ditargetkan tahun 2019 bisa tersambung seluruhnya. Hingga akhir 2017, Jalan Trans Papua yang belum tembus tercatat sepanjang 353,7 km.
Pada Tahun 2018 akan di tangani sepanjang 197,91 km dan sisa sepanjang 155,79 km akan diselesaikan Tahun 2019, sesuai dengan rencana kerja tahunan.
Meski belum seluruhnya beraspal, terbukanya jalan di Pulau Papua terutama di daerah pegunungan akan membuka keterisolasian wilayah, menurunkan harga barang-barang dan mengurangi kesenjangan wilayah.
Masyarakat juga sudah mulai merasakan manfaat keberadaan Jalan Trans Papua dan Jalan Perbatasan Papua. Meskipun kendaraan yang melintas masih sedikit, namun penduduk yang sebelumnya berjalan kaki melalui medan yang sulit dan memakan waktu lama, kini jalur tersebut lebih mudah dilewati dan memangkas waktu perjalanan.