Direktur Operasi II Jasa Marga Subakti Syukur mengatakan, rencana integrasi tersebut sampai saat ini masih terkendala oleh negosiasi untuk tarif yang akan diberlakukan nanti. Pasalnya badan usaha yang mengoperasikan 4 ruas tersebut tak hanya Jasa Marga saja, sehingga harus ada perhitungan bagi hasil yang jelas jika integrasi pembayaran nanti akan dilakukan.
"Selain itu, begitu dia digabungkan, kita juga ada perhitungan biaya operasi dan maintenance (OM) yang berhubungan dengan BUJT lainnya. Misalnya kita dengan W1 di sekitar Kamal. Di Kamal kan ada operasi bersama dengan W1. Jadi selain bagi hasil harus hitung OM nya yang harus dibagi karena ada gerbang-gerbang yang dioperasikan bersama. Itu yang agak lama. Artinya waktu kita hitung, kan harus ada kesepakatan, mau nanti berdasarkan survei atau kenaikan terhadap inflasi. Ini yang agak lama negosiasinya," katanya saat ditemui detikFinance di Jakarta, Jumat (9/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sama dengan integrasi tol Jagorawi dan Tangerang-Merak yang diberlakukan tahun lalu, di mana terjadi kenaikan tarif untuk pengguna tol jarak dekat lantaran biaya tolnya sudah satu tarif atau jauh dekat sama. Untuk itu, diperkirakan bakal ada pengurangan volume kendaraan nantinya imbas integrasi tersebut, sehingga diharapkan membuat lalu lintas tol lebih lancar.
"Kan kalau dijadikan satu, tarifnya berubah. Tadinya kita masuk JORR sampai Meruya kan satu tarif. W1 satu tarif, Pondok Ranji juga satu tarif. Nah nanti itu semua akan jadi satu. Nanti yang terdekat pasti naik. Mudah-mudahan yang terdekat itu bisa pindah ke angkutan umum lah kalau memang enggak mau lewat tol," ujarnya.
"Jadi traffic pasti akan turun 15-25% untuk jarak dekat. Karena berdasarkan historical kita berlakukan di Tangerang dan Jagorawi, itu turun 15-25% untuk yang jarak dekat. Kita harapkan yang turun ini, itu pindah ke angkutan umum supaya tolnya bisa jadi lancar," sambung Subakti.
Jasa Marga sendiri mengharapkan integrasi tol JORR bisa segera terealisasi. Pasalnya saat ini penghapusan gerbang tol Kayu Besar dan Meruya untuk menuju integrasi itu sudah rampung dilakukan. Rencana ini juga seharusnya sudah dilakukan pada November tahun lalu, namun lantaran masih belum rampungnya pengerjaan gerbang baru dan perhitungan tarif, integrasi pun belum bisa dilakukan.
"Memang dia kan harus dilakukan survei untuk menentukan tarifnya berapa. Tentunya BUJT enggak mau rugi kan masing-masing. Tapi tarif juga enggak mau ditentukannya di luar dari kemampuan bayar dari pengguna. Sehingga ada willingness survei nya," pungkas Subakti. (eds/ara)











































