Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan bahwa pihak Jepang telah menyetujui untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 25,6 triliun. Pemerintah akan segera melakukan penandatangan kontrak pinjaman pada Juli 2018, atau bulan depan.
"Jadi itu sebesar kurang lebih Rp 25,6 triliun. Itu akan ditandatangani oleh Pemerintah Jepang dan pemerintah Indonesia, paling lambat Juli. Juli bulan depan," kata Wiliam di lokasi proyek, Jakarta, Senin (25/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
William menjelaskan dana pinjaman sebesar Rp 25,6 triliun itu akan digunakan untuk pembangunan MRT fase II sebesar Rp 22,5 triliun.
Sementara sisanya, akan digunakan untuk pekerjaan tambahan atau variations order serta penyesuaian harga yang belum masuk dalam kontrak awal MRT dengan kontraktor pada fase pertama.
"Jadi Rp 22,5 triliun itu untuk fase II. Kemudian ada Rp 2,6 triliun untuk tambahan dana fase 1. Angkanya agak kurang pas itu, karena kurs yen berubah-ubah," jelasnya.
Nilai investasi untuk proyek MRT fase II sepanjang 8,6 km ini sendiri memang lebih mahal dibandingkan fase I. Untuk fase I menghabiskan biaya Rp 16 triliun dengan panjang 16 km, sementara fase II nilai investasinya Rp 22,5 triliun dengan rute yang lebih pendek.
William sempat menjelaskan, bahwa lebih mahalnya pembangunan MRT fase II ini lantaran seluruh jalurnya berada di dalam tanah. Ditargetkan, pembangunan MRT fase II ini sudah bisa dimulai pada Desember 2018.











































