Jakarta -
Pembangunan jalan perbatasan terus digenjot dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga bersama dengan zeni TNI AD membangun jalan perbatasan yang tadinya hutan belantara hingga akhirnya tembus dan bisa dilalui.
Pembangunan jalan perbatasan menjadi salah satu agenda utama pembangunan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Hal ini sesuai dengan visi nawacita yang membangun negara dari pinggiran.
Total panjang jalan perbatasan di Indonesia berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencapai 3.197,81 km. Jalan ini tersebar di tiga lokasi, yakni Kalimantan, Papua dan juga Nusa Tenggara Timur (NTT).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rentang tahun 2015-2018, sepanjang 1.067,53 km jalan perbatasan pun berhasil ditembus. Dibanding uang kasus korupsi senilai puluhan triliunan rupiah, jalan perbatasan yang panjangnya hingga 1.067 km berhasil dibangun hanya dengan anggaran Rp 5,08 triliun.
Dirjen Bina Marga Sugiyartanto mengatakan pembangunan jalan tersebut diharapkan membuka keterisolasian daerah perbatasan sehingga bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sebelumnya, pembangunan jalan perbatasan hanya dilakukan secara parsial sehingga tak memberikan konektivitas yang penuh.
"Jalan perbatasan sebagian sebelum 2015 sudah ada. Di Merauke dan Jayapura ada, Kalimantan juga, NTT juga sebagian sudah ada. Meskipun kondisinya sudah ada tapi ada yang menghutan kembali. Sehingga kita sambungkan semua supaya konektivitasnya terjaga," katanya.
Berikut berita selengkapnya:
Dari total 3.197,81 km jalan perbatasan, saat ini jalan perbatasan yang sudah dibangun di seluruh Indonesia dalam rentang 2015-2018 adalah 1.067,53 km.
Di NTT sendiri, seluruh jalan perbatasan 179,63 km saat ini sudah tembus seluruhnya. Jalan perbatasan itu dibangun sejak 2015 dan kondisi jalannya sudah beraspal seluruhnya.
Sedangkan di Papua, dari total panjang jalan perbatasan 1.098 km yang harus dibuka, panjang jalan yang sudah tembus mencapai 908,72 km. Dan sisanya 189,52 km masih belum tembus.
Sementara itu di Kalimantan, dari total panjang jalan perbatasan 1.919,98 km, jalan yang sudah terbuka atau tembus panjangnya 1.775,3 km dan yany belum terbuka 144,68 km, yaitu yang berlokasi di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Berikut adalah data pembangunan jalan perbatasan yang dilakukan sejak tahun 2015-2018:
1. Perbatasan Kalimantan
Total panjang: 1.919,98 km
Terbangun 2015-2018: 734,28 km
2. Perbatasan NTT
Total panjang: 179,63 km
Terbangun 2015-2018: 179,63 km
3. Perbatasan Papua
Total panjang: 1.098,2 km
Terbangun 2015-2018: 153,62 km
Dikutip detikFinance dari data Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, dana yang sudah dikeluarkan untuk membangun panjang jalan perbatasan 1.067,53 km mencapai Rp 5,08 triliun.
Senagai rincian, pembangunan untuk jalan perbatasan Kalimantan 734,28 km dalam periode 2015-2018 menghabiskan anggaran Rp 3,15 triliun. Terdiri dari Rp 735 miliar pada 2015, Rp 606 miliar pada 2016, Rp 1,3 triliun, dan Rp 510 miliar pada 2018.
Sedangkan untuk NTT, pembangunan jalan perbatasan 179,63 km dalam periode 2015-2018 menghabiskan anggaran Rp 1,2 triliun. Terdiri dari Rp 144 miliar pada 2015, Rp 219 miliar pada 2016, Rp 533 miliar pada 2017 dan Rp 313 miliar pada 2018.
Sementara untuk Papua, pembangunan jalan perbatasan 153,62 km dalam periode 2015-2018 menghabiskan anggaran Rp 723 miliar. Terdiri dari Rp 139 miliar pada 2015, Rp 217 miliar pada 2016, Rp 192 miliar pada 2017 dan Rp 175 miliar pada 2018.
Pembangunan jalan perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dimulai sejak tahun 2015. Total panjang jalan perbatasan yang dibangun di NTT mencapai 179,63 km.
Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan seluruh jalan perbatasan di NTT sudah tembus seluruhnya. Kondisi jalannya juga seluruhnya sudah beraspal.
"NTT ini 179 km sudah tembus dan sudah beraspal. Kalau kondisi aspal, berarti Bapak/Ibu bisa merasakan kondisinya sudah relatif baik, sudah memenuhi standar kriteria teknis dan sudah diharapkan waktu tempuh yang relatif pendek dari 179 km ini," katanya dalam paparan di Kementerian PUPR, Jakarta.
Jalan perbatasan di NTT sendiri terbagi atas tiga ruas. Di antaranya 78,25 km di ruas Motaain-Nualan, 52,7 km di ruas Nualan-Dafala dan 48,68 km di ruas Dafala-Motamasin.
Tersambungnya jalan perbatasan di NTT diharapkan dapat menunjang konektivitas masyarakat perbatasan, terutama untuk lokasi yang sudah dibangun pos lintas batas negara. Provinsi NTT menjadi satu-satunya wilayah perbatasan yang jalannya seluruhnya sudah beraspal karena wilayah pemukiman yang dilalui cukup banyak dibanding wilayah perbatasan lain.
"Kenapa di NTT sudah teraspal semua, karena di sana sudah banyak pemukiman, sudah banyak fasilitas publik yang jaraknya dekat-dekat. Sehingga kita aspal sekaligus semua. Selain itu yang paling banyak sudah diaspal juga ada di Kalimantan Barat. Karena di sana butuh sarana transprotasi darat yang lebih baik dari sekedar berupa tanah," kata Sugiyartanto.
Dari total jalan perbatasan di Papua sepanjang 1.098,24 km, saat ini sisa jalan yang belum tembus mencapai 189,52 km. Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan jalan yang belum tembus tersebut berada pada jalur Ubrub hingga Oksibil.
Dia bilang, jalur tersebut sulit ditembus lantaran medannya yang cukup ekstrem. Dengan medan yang berat tersebut, untuk menyambungkan daerah Ubrub ke Oksibil pun rencananya akan melewati jalur Trans Papua terlebih dahulu.
"Dari Jayapura ke Ubrub itu sudah terbuka sebagian oleh TNI. Tapi jalur selanjutnya, kondisi lingkungan alam, kontur, lingkungan, pegunungan tengah yang cukup berat," kata Sugiyartanto di Kementerian PUPR, Jakarta.
Dengan kondisi medan yang cukup berat tersebut, maka jalan yang harus dibangun pun kemungkinan berupa jalan tepian melintasi lereng gunung.
"Memang kalau dilihat di peta sini tidak akan terlihat. Tapi kalau lihat dari google maps pasti akan terlihat bentuknya seperti apa. Sehingga model jalan kita seperti apa bentuknya seperti lereng," tambahnya.
Dengan kondisi yang cukup berat tersebut, maka konektivitas dari Ubrub hingga ke Oksibil pun kemungkinan akan menggunakan jalur Trans Papua terlebih dahulu. Pembangunan jalur perbatasan juga dilakukan dari dua arah guna mempercepat penyelesaian.
"Jadi ini masih perbatasan, namun karena kendala alam yang cukup signifikan, kita menembus dari dua sisi untuk point to point dari Ubrub sampai ke Oksibil. Memang lebih panjang tapi relatif datar sebagian di wilayah sini (jalur yang melewati Trans Papua), wilayah pegunungan tengah," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman