Di ruang paviliun yang difungsikan sebagai diorama infrastruktur, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung jadi salah satu yang paling banyak menyedot perhatian para peserta pertemuan. Mereka umumnya penasaran dengan kemampuan Indonesia membangun kereta cepat.
"Banyak sekali yang tanya kereta cepat. Kebanyakan yang tanya kereta cepat itu dari negara-negara Afrika," ucap Surono, salah seorang staf Indonesia Pavilion yang bertugas di bagian infrastruktur, Sabtu (13/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita jelaskan kenapa hanya Jakarta-Bandung, karena ini pilot project, duitnya kita tak hanya dari dalam negeri, tapi juga pendanaan dari luar negeri. Sampai ditanya, relnya pakai magnetik atau rel biasa. Antusias sekali orang-orang berkulit hitam tanya kereta cepat. Mareka dari Namibia, Pantai Ganding, dan lainnya. Kritis kalau bertanya," ungkap Surono.
Staf Indonesia Pavilion lainnya, Adrianto Widi mengungkapkan hal yang sama. Orang dari Eropa atau Amerika cenderung bertanya soal pariwisata di Indonesia, sementara mereka yang berasal dari Afrika sangat antusias mencari tahu soal infrastruktur yang dibangun di Indonesia. Delegasi dari Afrika tertarik ingin tahu sejauh mana kemampuan Indonesia membangun kereta cepat.
![]() |
"Ini pembangunan (kereta cepat) dikerjakan siapa? Kita jelaskan kalau ini dikerjakan oleh BUMN. Karena di negara-negara mereka umumnya infrastrukturnya belum sebaik di negara maju. Beda dengan dari Eropa, beda cerita, karena seperti kereta cepat di negara mereka sudah ada. Kecuali dari Eropa Timur, masih banyak tanya soal infrastruktur," kata Widi.
Maket kereta cepat Jakarta-Bandung sendiri berada di ruangan yang dikhususkan memajang sejumlah proyek-proyek infrastruktur, baik yang sedang dibangun maupun masih dalam tahap rencana. Proyek-proyek lain yang dipamerkan seperti pengembangan KEK Mandalika, Bandungan Titab, Jembatan Holtekamp, hingga jalan tol lingkar luar di Jabodetabek.
Baca juga informasi Indonesia Pavilion IMF-WBG selengkapnya di sini.
(idr/idr)