PT MRT Jakarta telah mengusulkan dua pilihan tarif berbeda, yakni Rp 8.500/10 km dan Rp 10.000/km. Kedua usulan tarif tersebut dibedakan berdasarkan unit price per kilometernya, yang masing-masing Rp 700/km dan Rp 850/km.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono meyakini, kedua pilihan tarif tersebut cukup menarik masyarakat untuk mau menggunakan moda transportasi rapid transit tersebut. Dia mencontohkan, tarif menggunakan MRT Jakarta dengan jarak 5 km misalnya, akan lebih murah dibanding dengan menggunakan ojek online ataupun taksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tarif untuk menempuh jarak tersebut dengan menggunakan salah satu jasa ojek online (ojol) memang lebih mahal, yakni dari Rp 13.000 hingga Rp 14.000. Sementara taksi konvensional atau online, tentu saja jauh lebih tinggi lagi.
Sementara dengan menggunakan busway atau TransJakarta, memang terjadi gap tarif dengan rute perjalanan Blok M menuju Bundaran HI sebesar 50%, namun perlu diketahui, ke depan TransJakarta akan berfungsi sebagai feeder MRT Jakarta.
Rute TransJakarta nantinya tak lagi akan berhimpitan dengan MRT Jakarta karena MRT akan menjadi backbone atau tulang punggung transportasi di Jakarta. TransJakarta akan menjadi feeder untuk menghantarkan penumpang menuju stasiun-stasiun MRT yang membentang sepanjang koridor Selatan-Utara dan Timur ke Barat.
"Sejak awal MRT Jakarta dibangun memang ditujukan sebagai backbone transportasi di Jakarta. Jadi bagi MRT, yang paling penting adalah TransJakarta berperan sebagai feeder, beralih mengisi rute-rute yang tidak dilalui MRT, dan MRT menjadi backbone," jelasnya.
Dengan menghilangkan rute yang berhimpitan tersebut, maka integrasi transportasi pun dapat diwujudkan.
"Karena angkutan publik itu untuk integrasi bukan dikompetisikan," tambah Agung. (eds/hns)