Cara Jepang Cegah Aksi Bunuh Diri di Peron Stasiun

Laporan dari Fukuoka

Cara Jepang Cegah Aksi Bunuh Diri di Peron Stasiun

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 29 Nov 2018 14:35 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Fukuoka - Jepang menjadi salah satu negara dengan kasus bunuh diri terbanyak di dunia. Merujuk pada data Badan Kepolisian Nasional Jepang, pada tahun 2017 tercatat ada 21.321 kasus bunuh diri di Jepang.

Salah satu tempat yang kerap menjadi lokasi bunuh diri adalah di depan peron stasiun kereta. Tempat tersebut kerap dijumpai penumpang yang menjatuhkan dirinya ke jalur rel kereta.

Biro Transportasi Fukuoka City Handa Hiroshi mengaku hal tersebut memang sempat sering terjadi. Namun sejak tahun 2005, banyak operator kereta yang mulai memasang pintu tepi peron atau screen door di stasiun untuk mencegah penumpang melewati tepi peron menuju ke jalur rel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang kami di subway dulu sering terjadi dalam satu tahun beberapa kasus bunuh diri. Tapi setelah kami memasang pintu tepi peron, hal tersebut berkurang. Jadi pembatas tepi peron itu baru dilakukan dan jadi tindakan untuk mencegah bunuh diri itu," katanya dalam sebuah paparan di Kantor Biro Transportasi Fukuoka City, Fukuoka, Jepang, Rabu (28/11/2018).


Menurutnya, pemasangan pintu tepi peron tersebut cukup ampuh untuk mengurangi tindakan ceroboh pengguna kereta yang ingin masuk ke jalur rel. Meskipun belum semua stasiun yang memiliki pintu pembatas di peronnya, tetapi masih saja ada celah orang untuk melewati pintu tepi peron tersebut, misalnya dengan cara memanjat.

Untuk mengoptimalkan kecelakaan yang terjadi di peron stasiun, operator-operator kereta di Jepang juga memasang tombol darurat dan alat pendeteksi barang yang jatuh di jalur rel. Dengan demikian, jika ada penumpang yang diketahui meloncat atau tak sengaja terjatuh ke dalam jalur rel, penumpang lainnya bisa langsung menekan tombol darurat yang ada di dekat peron stasiun.

Tombol tersebut akan mengirimkan sinyal langsung ke kereta yang tengah menuju stasiun. Kemudian setelah sinyal diterima oleh masinis, kereta akan segera direm dalam jarak 200 meter.

"Di stasiun juga selalu diimbau, janganlah seenaknya masuk ke rel kereta walaupun ada barang yang jatuh. No entry. Jadi ada garis kuning yang tidak boleh dilewati," jelasnya.


Jepang sendiri telah menetapkan aturan tegas kepada orang yang mencoba bunuh diri di rel kereta atau area publik, akan menanggung denda yang akan dibayar oleh pihak keluarganya. Tindakan bunuh diri di dalam stasiun atau ruang publik lainnya bisa menyebabkan kerugian bagi penumpang lainnya yang harus terganggu waktunya.

"Untuk kereta yang jaraknya jauh, biasanya si pelaku akan dituntut untuk membayar kompensasi. Tapi bagi kami, untuk kasus demikian, kami belum pernah menuntut kompensasi untuk orang tersebut, meski secara undang-undang, kami berhak menuntut ke pelaku. Tapi kami menanganinya secara kasus per kasus," ujar Ono.

Bunuh diri di Jepang disebabkan oleh beragam sebab. Beberapa alasan orang Jepang 'gemar' mengakhiri hidupnya sendiri misalnya ketika sudah merasa terpojok dan tak punya solusi untuk masalahnya, merasa tak ada masa depan yang cerah, konflik keluarga, hingga beban pekerjaan yang tinggi, dan terlilit utang.


Tonton juga 'Drama Penyelamatan Pria Depresi Nekat Panjat Tower':

[Gambas:Video 20detik]

Cara Jepang Cegah Aksi Bunuh Diri di Peron Stasiun
(eds/ara)

Hide Ads