Pertanyaan itu diungkapkan setelah Komisi VI DPR dan Kementerian BUMN membahas mengenai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Tiba-tiba salah satu anggota minta Jasa Marga menjelaskan proyek tersebut.
"Sekarang tolong dijelaskan itu maksudnya apa ada yang bilang termahal," kata Anggota Komisi VI Fraksi PAN Nasril Bahar di Gedung DPR, Senin (11/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi itu dengan rasio keuangan ekuitas 30% dan pinjaman 70%," terangnya.
Dari nilai investasi itu, diperkirakan biaya untuk pembangunan per km mencapai Rp 355 miliar. Menurutnya nilai itu wajar lantaran pembangunannya melayang secara penuh sepanjang 36 km.
"Kalau harga rara-rata per km tol Sumatra itu biasa Rp 104 miliar karena di atas tanah. Kalau elevated ini Rp 355 miliar per km. Karena memang nilai nilai jalan elevated bisa 2-3,5 kali dari yang biasa," ujarnya.
Penjelasan belum selesai, Nasril langsung menyelak penjelasan Desi. Menurutnya tidak wajar untuk membangun jalan sebesar itu meski dibangun secara elevated.
"Saya yakin ini banyak data yang dibuat-buat. Bayangkan saja per km Rp 355 miliar, berarti per meter 365 juta. Saya tidak habis pikir bisa sebanyak itu. Bagi saya ini aneh," tegasnya
Dia juga mempertanyakan terkait perkiraan volume lalu lintas Jakarta Cikampek II Elevated sekutar 50 ribu kendaraan per hari. Apalagi tol tersebut tidak dibuat adanya pintu keluar di tengah ruas.
Tonton juga 'Akhir 2018, Jakarta-Probolinggo Bablas Lewat Tol':
(das/zlf)