Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menjelaskan memang hambatan membangun infrastruktur kereta memiliki lebih sulit dibanding jalan tol. Menurutnya, keterbatasan anggaran menjadi hambatan utama pemerintah dalam membangun transportasi massal tersebut.
"Anggaran, anggarannya terbatas," kata Djoko kepada detikFinance, Jakarta, Senin (21/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, kata Djoko, investor belum banyak tertarik untuk ikut bergabung di proyek perkeretaapian.
"Kalau jalan tol itu kan pemerintah hanya bantu bebaskan lahan, yang lainnya swasta. Kalau kereta masih full nampaknya pemerintah. Mungkin hanya beberapa ruas saja KPBU, belum seluruhnya. Karena belum banyak menarik investor," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Pengamat kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan kurang berminatnya investor di proyek kereta api lantaran modal yang dibutuhkan cukup tinggi. Di sisi lain, mereka menilai investasi di sektor kereta api saat ini kurang menguntungkan karena sulit untuk balik modal.
"Anggaran mahal karena pembebasan lahan, kemudian tidak menguntungkan. Kan itu di Sulawesi Selatan saja berhenti di Pare-pare. FS-nya nggak masuk. Duitnya nggak ada, pasti rugi. Kasih ke swasta nggak ada yang mau. Cek saja tender-tendernya," kata dia.
"Kenapa nggak mau, karena mahal nggak tahu balik modal kapan. Kalau kita investasi nggak tau balik modalnya kapan kan nggak mau," tambahnya.