Direktur utama MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan pekerja di MRT saat ini didominasi oleh anak muda terbaik dari seluruh Indonesia.
"Anda lihat masinis-masinis kita usianya 20-25 tahun, anak-anak muda ini memiliki kemampuan yang luar biasa dan harus diberikan kesempatan ini," kata William dalam blak-blakan detikFinance, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kereta MRT memang tidak memiliki masinis yang mengoperasikan langsung seperti di KRL melainkan langsung diatur otomatis lewat operator di command center yang ada di Depo Lebak Bulus. Namun masinis ini akan mengendalikan keberangkatan dan buka tutup pintu kereta serta melakukan penanganan yang dibutuhkan saat keadaan darurat. Selebihnya, segala operasi teknis dalam perjalanan kereta, seperti percepatan, perlambatan, pengaturan kecepatan, dan pengereman diatur secara otomatis oleh sistem.
"Sekarang itu untuk konstruksi kita memiliki anak muda terbaik. Engineer terbaik, mereka datang meninggalkan pekerjaan mereka di luar negeri. Mereka kembali ke Jakarta, karena ingin membangun Jakarta," jelas dia.
Karena itu Jakarta harus menjadi model pembangunan metro sistem di kota-kota lain di Indonesia. Seperti Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.
"Kota-kota yang sudah punya penduduk di atas 3-4 juta harus sudah bersiap-siap. Jangan tunggu sampai seperti Jakarta," ujar dia.
Saat pembangunan fase 1, Jakarta disebut sudah sangat sulit.
"Akhirnya kita lumayan struggle untuk memulai fase 1, karena kondisi itu Jakarta sudah penuh pemukiman. Nah kita berharap, kita bisa berikan advice ke kota lain di Indonesia untuk memulai pembangunan kereta, perkotaan atau transportasi berbasis rel di kota," jelas dia.
Baca juga: Mau Coba MRT Jakarta Gratis? Begini Caranya |