Tujuannya? Semua kembali pada kondisi macet dan terlalu banyaknya kendaraan yang digunakan terutama di Jakarta sebagai kota besar. Sehingga kenyataan tersebut membuat pemerintah memutuskan untuk membuat sebuah fasilitas kendaraan umum yang bisa digunakan oleh banyak orang.
Salah satunya disebut sebagai Proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, merupakan sebuah proyek infrastruktur yang masih digalakkan dan dibuat hingga saat ini. Proyek besar-besaran ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas yang luar biasa di ibukota negara ini. Mengingat Jakarta merupakan ibukota dengan tingkat kepadatan dan stres yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fase pertama, didanai melalui pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC), yang kemudian bergabung ke dalam Japan International Cooperation Agency (JICA), diharapkan untuk mulai dibuka untuk publik pada tahun 2018.
Pembangunan MRT
Jika berbicara soal MRT, maka Anda tentu bisa menebak berapa dana yang sudah dikeluarkan atau digelontorkan pemerintah. Kurang lebih hingga saat ini, biaya yang sudah dikeluarkan paling sedikit 1,7 miliar dolar Amerika Serikat (termasuk sistem listrik dan mekanis dan biaya dari gerbong-gerbong MRT) dan seharusnya bisa selesai sepenuhnya pada 2027. Pemilik utama dari proyek ini adalah Pemerintah Daerah Jakarta. Namun sudah banyak masyarakat dan juga pemerintah yang tidak sabar untuk menikmati MRT ini dan bisa membantu kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Sebenarnya, konsep dari MRT Jakarta sudah dicetuskan kurang lebih 40 tahun sebelumnya. Sekitar 20 tahun dilakukan studi kelayakan, di mana hal ini dimulai pada tahun 1990 saat masih era Soeharto dan sekitar 15 tahun sejak Jepang menawarkan bantuan untuk bisa mengaplikasikan MRT.
Selain itu, pada masa awal era reformasi ketika Indonesia baru saja mengalami pemulihan dari krisis finansial Asia.
Setelah bertahun-tahun diperparah oleh kurangnya investasi infrastruktur di Jakarta, kepadatan lalu lintas telah menyebabkan kemacetan total di beberapa bagian dari Jakarta pada hari-hari kerja. Namun, ketika Joko Widodo menjadi Gubernur Jakarta di tahun 2012 (dibantu oleh Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal sebagai Ahok), pasangan ini bersemangat untuk membawa perubahan dan mendorong realisasi dari proyek MRT Jakarta yang sudah tertunda lama dan sudah direncanakan oleh presiden lama.
Memang mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, mereka harus mendapatkan berbagai dukungan dan juga dana yang luar biasa untuk bisa mengaplikasikan proyek ini.
Salah satu halangan yang terkenal dari proyek-proyek infrastruktur adalah pembebasan tanah yang harus berkaitan dengan masyarakat di area sekitar. Meskipun sebagian besar tanah yang dibutuhkan untuk konstruksi MRT Jakarta telah didapat, ada sejumlah isu pembebasan tanah terutama di sektor selatan dari proyek ini yang dibangun melayang di atas tanah dan hal tersebut tidak mudah dilakukan. Hal ini mungkin bisa menyebabkan penundaan dalam penyelesaian proyek ini, Barulah informasi ini dibicarakan dan akhirnya diurus menjadi sebuah proyek besar.
Fakta Mengenai MRT
Untuk bagian-bagian di bawah permukaan tanah, terowongan-terowongan berdiameter 6,05 meter perlu dibangun dengan memindahkan sekitar 5 juta kubik meter material dari area konstruksi. Sebagian dari material ini akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan properti di Jakarta Utara.
Berikut fakta-fakta MRT Jakarta Fase I:
1. Beroperasi Minggu Terakhir Maret 2019
Setelah pembangunan yang panjang, proyek ini sudah hampir selesai bahkan banyak orang yang merasa bahwa MRT sudah bisa digunakan. Namun pemerintah sendiri memberikan waktu kurang lebih minggu terakhir Maret 2019 ini untuk bisa mengoperasikan salah satu jalur ataupun rute saja.
2. Melewati 13 Stasiun
MRT ini akan menyediakan rute yang cukup panjang. Pada fase 1 ini anda akan menikmati MRT dengan rute 13 stasiun yang akan dilewati. Sebanyak 7 stasiun berada di atas (elevated) sepanjang 10 km dan 6 stasiun ada di bawah tanah (underground) sepanjang 6 km. Sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan perjalanan yang terlalu jauh atau menggunakan kendaraan umum.
Selain itu stasiun yang akan dilewati di antaranya adalah Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Sementara yang underground terdiri dari Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran HI.
3. Tarif di Bawah Rp 12 Ribu
Tarif MRT dirasa cukup tinggi oleh beberapa orang. Sehingga banyak yang memutuskan untuk memilih naik kereta biasa atau pun menggunakan transportasi darat lainnya. Namun Presiden Joko Widodo telah menyebutkan bahwa kisaran untuk MRT tidaklah terlalu mahal dan Anda tetap bisa merasakan perjalanan dengan waktu yang cepat.
Anda bisa membayarkannya dengan tarif MRT sepanjang Lebak Bulus Bundaran HI berkisar antara Rp 8.000-9.000. Perhitungan konsultan MRT Jakarta untuk tarif per 10 km Rp 8.500.
Tarif ini belum final karena memerlukan persetujuan pemerintah. Pasalnya, tarif tersebut disubsidi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika tanpa subsidi, tarifnya akan berada di kisaran Rp 20.000-25.000 per 10 km. Sehingga bisa saja berubah hingga MRT tersebut diluncurkan.
4. Beroperasi 20 Jam
MRT Jakarta yang akan menjadi moda transportasi alternatif warga ibu akan beroperasi hingga 20 jam. Dibuka pukul 05.00 WIB dan ditutup pukul 24.00 WIB. Sehingga bagi Anda yang bekerja dan pulang cukup malam maka Anda tetap bisa menggunakan transportasi ini.
Berdasarkan survei PT MRT Jakarta, transportasi ini akan melayani hingga 130.000 penumpang setiap harinya. Survei yang menyasar sekitar 10.000 responden itu menyebut, 65 persen siap pindah ke MRT Jakarta, 5,7 persen tidak mau, dan sisanya masih ragu. Sehingga pemerintah harus merilis dan membiarkan masyarakat merasakannya terlebih dahulu sehingga mereka tahu apa kelebihan dari MRT serta bagaimana nyamannya menggunakan MRT agar dapat meninggalkan mobil atau kendaraan pribadi untuk sehari-hari.
Lalu apakah Anda mau beralih ke MRT? (nwy/ang)