AP I Jelaskan Ketahanan Bandara Kulon Progo dari Gempa

AP I Jelaskan Ketahanan Bandara Kulon Progo dari Gempa

Ristu Hanafi - detikFinance
Sabtu, 16 Feb 2019 22:25 WIB
Foto: Ristu Hanafi/detikcom
Sleman - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I kembali menegaskan bahwa proyek Bandara Kulon Progo/New Yogyakarta International Airport (NYIA) telah mempertimbangkan sisi mitigasi bencana gempa dan tsunami. Pihaknya juga sudah melakukan kajian dengan para ahli terkait hal tersebut.

"Untuk mitigasi, kami ini sudah, bahkan kami sudah lakukan focus group discussion tiga kali dengan para ahli, termasuk dari Jepang. Kita ingat di Jepang hampir seluruh bandara di pinggir pantai, mereka bisa mitigasi atau minimalis akibat dari bencana tsunami," kata Pandu, saat jumpa pers progres proyek Bandara NYIA di Hotel Royal Ambarrukmo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (16/2/2019).


"Tapi paling tidak kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah, karena sesungguhnya penanganan bencana ada di pemerintah daerah. Di Perpres 98/2017 Pasal 16 menyatakan Gubernur DIY, Bupati Kulon Progo dan Bupati Purworejo, mereka yang menyiapkan bagaimana mitigasi bencana," lanjutnya.

Pandu menyebut Bupati Kulon Progo juga sudah menyampaikan akan menanam tanaman endemik cemara udang di sepanjang bibir pantai selatan lokasi Bandara NYIA.

"Ini jadi salah satu bemper kalau terjadi gelombang besar, paling tidak mengurang dampaknya. Kalau di sisi kami juga sudah menyiapkan upaya mitigasi," ujar Pandu.

"Bahkan kami menyiapkan jalur bagi masyarakat sekitar, punya akses bisa menuju titik evakuasi di lantai 2 terminal. Kami upaya konstruksi terminal tahan guncangan gempa 8,8 SR, meski kami tak bisa mendahului Yang Maha Kuasa," lanjutnya.

Project Manager NYIA, Taochid Purnomo Hadi menambahkan, struktur bangunan Bandara NYIA dipersiapkan tahan potensi gempa 8,8 SR dan gelombang tsunami setinggi 12 meter.

"Terminal berjarak 1,1 km dari bibir pantai, sampai terminal ketinggian tsunami diperkirakan 12 meter. Desain terminal di lantai 2 setinggi 15 meter, evakuasi bisa naik ke lantai 2, termasuk instalasi genset listrik dan air di lantai 2 bisa difungsikan," jelasnya.

Sebelumnya, anggota komisi VIII DPR RI, Choirul Muna Chozin heran proyek NYIA dibangun di tengah patahan gempa.

"Dari BNPB sendiri itu meginformasikan kepada kami bahwa NYIA itu di tengah patahan tsunami, bukan hanya gempa," ujar Choirul seusai kunker Komisi VIII DPR RI ke Pemda DIY, Kamis (14/2/2019).


Choirul menjelaskan, kepada Komisi VIII DPR RI pihak BNPB membenarkan bahwa dulu pernah terjadi tsunami di tempat yang kini dibangun NYIA, makanya dia heran kenapa NYIA dibangun di tempat berisiko.

Dia mempertanyakan kenapa potensi tsunami ini terkesan tak dianggap serius, padahal menurutnya dalam membangun NYIA pemerintah harus memperhatikan aspek bangunan, penanggulangan, dan mitigasinya.

"Oleh karena itu tadi saya katakan, tanya pada BPBD yang ada di sini seberapa jauh kalau itu memang informasi BNPB (benar). Kenapa ini tidak ditindaklanjuti untuk persoalan ini. Jadi ada suatu keheranan di sini," tuturnya.

(ara/ara)

Hide Ads