JK mengaku, kritik yang dilontarkan tidak asal begitu saja melainkan selalu dibarengi dengan solusi agar pemerintah membangun dengan biaya yang lebih efisien.
"Iya. Sayak kritik kemudian saya kasih solusi. Sama dengan LRT, Apa solusi? Saya kasih ke bawah (bukan elevated). Kalau tidak, Rp 20 triliun hilang percuma. Iya kan. Jadi bukan soal asal kritik. Saya ingin menghemat uang negara," kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (19/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritikan soal pembangunan LRT Jabodebek karena dibangun melayang (elevated), pembangunan itu terlalu mahal hingga Rp 500 miliar per kilometer (km).
"Ya, saya itu kalau menganggap sesuatu tidak sesuai saya ngomong," ujar dia.
Meski demikian, JK meminta kepada seluruh masyarakat agar memperhatikan konteks kritikannya. Kritikan tersebut dilontarkan saat pertemuan dengan para konsultan.
Menurut dia, para konsultan harus bisa merancang sebuah pembangunan dengan nilai investasi sebaik mungkin tanpa mengurangi kualitas pembangunannya.
"Jadi bukan konteksnya investasi tapi para konsultan itu. Bahwa harus kalau dia menjadi konsultan harus objektif. Bahwa ya memang kasus LRT itu ya di luar kota kenapa harus elevated? Karena menurut Menteri Perhubungan, resmi di Sidang Kabinet, kalau di bawah itu ongkosnya 10 persen saja dibanding di atas," jelas JK.
Lebih lanjut JK mengungkapkan, kritik yang dilontarkannya pun demi kebaikan negara bukan untuk menimbulkan ketidakkompakan di internal pemerintah.
"Untuk kebaikan, saya bicara apa yang menurut pikiran saya itu benar," kata JK.
Bahkan, orang nomor dua di Indonesia ini yakin bahwa kritikannya tidak mempengaruhi elektabilitas Jokowi sebagai calon presiden periode 2019-2024.
"Ah tidak. Justru mungkin akan naik, berarti pemerintah memperhatikan harus efisien. Justru kalau pemerintah boros bisa turun elektabilitasnya pemerintah. Dalam hal ini Pak Jokowi. Tapi karena kita akan merubah menjadi efisien akan bisa naik. Jangan lupa itu," ungkap dia. (zlf/zlf)