Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun diharapkan bisa meresmikan pengoperasian proyek-proyek prioritas ini. Sebagian besar di antaranya berlokasi di luar pulau Jawa. Uniknya, proyek-proyek ini tersebar di lima pulau terbesar di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Jenis proyek yang dioperasikan juga bervariasi, mulai dari proyek transportasi umum, jalan hingga jembatan. Seluruhnya merupakan proyek infrastruktur konektivitas yang dibangun menggunakan dana APBN, APBD maupun kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MRT Jakarta Fase I
Foto: Grandyos Zafna
|
MRT Jakarta fase I akan dioperasikan dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). Proyek yang menelan dana lebih dari Rp 16 triliun tersebut diharapkan menjadi katalisator budaya bertransportasi umum bagi warga Ibu Kota.
Saat ini MRT Jakarta tengah dalam masa uji coba operasi. Uji coba operasi dijadwalkan berlangsung hingga sebelum pekan terakhir Maret mendatang sebelum akhirnya dioperasikan pada akhir Maret.
Jalur kereta membentang sepanjang 16 kilometer (km) yang meliputi 10 km jalur layang dan 6 km jalur bawah tanah. Sebanyak tujuh stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo), Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Sedangkan enam stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Proyek pembangunan MRT Jakarta dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Tol Bakauheni-Terbanggi Besar
Foto: Dok. Hutama Karya
|
Dengan menelan biaya investasi sebesar Rp 16,8 triliun, tol ini digarap oleh PT Hutama Karya (Persero) lewat mekanisme penugasan. Pendanaannya mengandalkan 52% dari ekuitas (PMN Rp 2,217 triliun dan obligasi yang diterbitkan Hutama Karya Rp 6,5 triliun), dan sisanya 48% (Rp 8,067 triliun) dipenuhi lewat pinjaman dari 7 sindikasi perbankan.
Rencananya, peresmian jalan tol yang groundbreaking pada 2015 lalu ini akan dilaksanakan awal Maret 2019 mendatang. Saat ini proses uji laik operasi dan laik fungsi telah selesai dilakukan sehingga tinggal menunggu peresmian yang rencananya akan dilakukan Presiden Jokowi.
Adanya Tol Trans Sumatera diharapkan membantu menurunkan biaya logistik sehingga berbagai produk unggulan serta hasil bumi dan sumber daya dapat terdistribusi dengan baik dengan waktu yang cepat disertai biaya yang terjangkau.
Jembatan Holtekamp
Foto: Istimewa/Sekretariat Presiden Biro Pers Media dan Informasi
|
Jembatan Holtekamp mulai dibangun pada tanggal 9 Mei 2015 lalu. Peletakan batu pertama jembatan dengah panjang 733 meter tersebut dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi saat itu.
Jembatan Holtekamp merupakan jembatan lengkung box dengan bentang terpanjang dan terlebar di Indonesia. Panjang bentang utama 400 meter ditambah jembatan pendekat 332 meter yang terdiri 33 meter pendekat dari arah Hamadi dan 299 meter dari arah Holtekamp, sehingga total panjang jembatan keseluruhan 732 meter, sedangkan lebar jembatan 21 meter yang terdiri 4 lajur 2 arah dilengkapi median jalan.
Jembatan ini akan memangkas jarak tempuh hingga 17 kilometer antara Hamadi dan Holtekamp. Hal ini berpengaruh pada waktu tempuh dari Kota Jayapura ke Muara Tami yang akan menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw yang sebelumnya membutuhkan waktu 2,5 jam, nanti bisa menjadi 60 menit.
Tol Manado-Bitung
Foto: Pool/PT PP
|
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikFinance, 25 kilometer dari titik nol jalan tol ini yang akan dibuka lebih awal. Jalan Tol Manado-Bitung sempat dibuka secara fungsional pada saat libur Natal dan Tahun Baru lalu.
Jalan tol yang dibangun sejak akhir 2016 ini sendiri dijadwalkan beroperasi penuh pada 2020.
Baca juga: Daftar Tol Baru Jasa Marga yang Dibuka 2019 |
Adapun pengerjaan tol yang melintasi Kabupaten Minahasa Utara itu menggunakan dukungan konstruksi dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Pada segmen 0-7 km pembangunannya didukung dengan APBN, dan 7-14 km melalui pinjaman luar negeri pemerintah China. Sedangkan sisanya 14-39 km dikerjakan oleh PT Jasamarga Manado-Bitung.
Setelah beroperasi penuh, nantinya jalan tol ini dapat memangkas waktu tempuh Manado-Bitung dan sebaliknya hingga lebih dari setengah waktu tempuh saat ini jika dibandingkan melalui jalan arteri sehingga biaya ekonomi akan lebih kompetitif.
Tol Balikpapan-Samarinda
Foto: Istimewa/PT Wijaya Karya
|
Tol yang menghubungkan kota Balikpapan dan Samarinda ini ditargetkan rampung konstruksinya pada Maret 2019. Pengoperasian tol yang dibangun oleh Jasa Marga ini akan dilakukan secara bertahap menyusul penyelesaian kelima seksi konstruksi.
Adapun perkembangan fisik jalan tol yang membentang sepanjang 99,35 kilometer ini hingga awal Februari 2019 telah mencapai 85,7%. Segmen yang ditargetkan rampung bulan depan yaitu Seksi II Samboja-Muara Jawa dan Seksi III Muara Jawa-Palaran.
Baca juga: Daftar Tol Baru Jasa Marga yang Dibuka 2019 |
Pelaksanaan proyek Tol Balikpapan-Samarinda dengan investasi Rp 9,9 triliun dilakukan dengan skema KPBU. PT Jasamarga Balikpapan Samarinda selaku badan usaha jalan tol (BUJT) menggarap Seksi II, III, dan IV sepanjang 66,43 kilometer dan sisanya digarap pemerintah dengan mengalokasikan anggaran APBN dan APBD pada Seksi I dan V.
Tol yang kembali dikebut sejak 2016 ini akan memangkas total perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda. Kondisi saat ini dari Balikpapan ke Samarinda mencapai 150 km melalui jalan nasional. Nantinya dengan melintasi jalan tol Balikpapan-Samarinda kurang lebih hanya 100 km.
Dengan demikian waktu tempuh antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda yang tadinya menghabiskan waktu hingga 3-4 jam akan dapat dipersingkat menjadi hanya 1 jam. Dengan demikian, diharapkan juga dapat memangkas biaya logistik karena distribusi barang antar dua kota tersebut menjadi lebih cepat.