"Kita perlu mempercepat TOD yang ada di Sumatera Selatan dan salah satunya dengan menyiapkan regulasi yang lebih matang dan baik," terang Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumsel, Sugianto saat acara FGD terkait TOD di Palembang, Kamis (11/4/2019).
Menurut Sugianto, pengembangan area TOD LRT di Palembang terbagi dalam 4 fase. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kesiapan pada pasar properti komersial dan areal lahan pengembangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kedua fase itu, maka TOD dapat dilanjutkan pada fase ketiga, mulai dari stasiun Asrama Haji sampai ke stasiun Dishub. Sementara untuk fase keempat meliputi stasiun Jakabaring dan stasiun DJKA.
"Semua fase dilakukan secara bertahap sesuai regulasi dan penelitian yang ada. Pembangunan TOD nanti akan sampai dalam radius 1 Kilometer di tiap stasiun," kata Sugianto.
Sementara Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Kemenhub, Fadriansyah menilau pengembangan TOD pada jalur LRT di Palembang dapat meningkatkan penumpang transit. Bahkan akan dapat menambah pendapatan melalui tarif layanan.
"Manfaatnya banyak sekali, selain nanti dapat nilai tambah dan peningkatan nilai properti pastinya juga dapat menambah pilihan moda pergerakan khusus untuk kawasan pertokoan," kata Fadriansyah.
Sementara untuk mempercepat dalam pengembangan TOD LRG, maka perlu ada kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk swasta. Dengan begitu, apa yang ditargetkan dapat tercapai.
"Dalam konsep TOD perlu ada kawasan parkir kendaraan yang disediakan untuk bersama, yang penting adalah integrasi dengan moda transportasi lain. Dengan begitu masyarakat bisa dengan mudah," katanya.
Untuk LRT Palembang, Fedriansyah pun menilai saat ini sudah cukup baik. Salah satunya karena LRT sudah terintegrasi dengan Trans Musi serta angkutan kota lainnya. Baik itu LRT, Trans Musi bahkan Bus Damri.
"Sekarang sudah baik, naik LRT, Trans Musi, Damri sudah ada tarif tersendiri. Mulai dari Rp 7.000-14.000, saya rasa sudah baik," tutupnya.
(ras/ang)