Jakarta -
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi komentar mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang banjir Jakarta. Ahok diketahui memberikan saran untuk mengatasi banjir di Jakarta, salah satunya dengan tidak membiarkan sampah menutupi pompa air.
"Saya terima kasih semua orang yang pernah bertugas di Jakarta, termasuk Pak Basuki (Ahok), pasti berpengalaman terkait dengan banjir. Apalagi Pak Basuki, karena banjir yang kemarin itu bukan apa-apanya dibanding banjir yang pernah dialami Pak Basuki," ujar Anies di Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).
Menurut Anies, Ahok memberikan saran seperti itu karena sempat mengalami situasi sulit dalam menangani banjir. Dia pun membandingkan jumlah pengungsi banjir di era Ahok menjabat dan dia menjabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok maupun Anies punya jurus dalam mengatasi banjir. Untuk lebih lengkap, simak proyek anti banjir yang digagas Ahok dan Anies untuk Provinsi DKI Jakarta berikut:
1. Normalisasi Sungai Proyek anti banjir gagasan mantan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ini dilakukan pada Sungai Ciliwung dan Kali Krukut.
Normalisasi Ciliwung rampung pada tahun 2016. Hingga akhir kontrak, normalisasi Ciliwung mencapai 16 kilometer. Normalisasi dilakukan dengan penggusuran permukiman liar disekitar Sungai Ciliwung, yaitu kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Penggusuran warga bantaran Sungai Ciliwung dilakukan terhadap 5.000 Kepala Keluarga (KK).
Warga bantaran Sunga Ciliwung tersebut kemudian direlokasi ke 2 rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Lokasi rusunawa tersebut terletak di Pasar Minggu dan bangunan bekas kantor Dinas PU di Jakarta Timur yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 545 miliar.
Normalisasi Kali Krukut dilakukan karena banjir parah yang melanda kawasan Kemang dan sekitarnya pada tahun 2016. Ahok melakukan normalisasi Kali Krukut dengan pembongkaran bangunan yang mengganggu aliran. Bangunan yang dibingkar adalah lahan parkir di Hotel Pop! Kemang.
2. Revitalisasi Waduk Pluit
Di era Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wagub DKI Jakarta, kawasan Pluit yang dulu dipenuhi bangunan-bangunan kumuh yang tak layak huni dirapikan untuk dibangun Waduk Pluit, serta areal taman lengkap dengan semua fasilitas pendukungnya.
Ribuan warga direlokasi ke beberapa rumah susun yang disediakan oleh Pemprov DKI, salah satunya Rusun Marunda dan Rusun Muara Baru. Kalau Jokowi merevitalisasi Waduk Pluit dan membuat taman, Ahok saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, menambahkan fasilitas alat-alat kesehatan.
Taman Waduk Pluit dilakukan untuk melengkapi revitalisasi Waduk Pluit yang dikembalikan lagi fungsinya. Taman Waduk Pluit berdiri di atas lahan 10 hektar, dan dilengkapi dengan beragam fasilitas, salah satunya adalah fasilitas gym.
3. Memaksimalkan Banjir Kanal Timur (BKT)
Langkah Ahok dalam memaksimalkan kinerja BKT untuk menghadang banjir dimulai dengan memaksimalkan kinerja pompa. Dengan melibatkan PLN, listrik untuk pompa BKT terus dialirkan agar pompa bisa terus bekerja.
Selain itu, inspeksi di tepi dan permukaan air BKT terus dilakukan. Penataan rumput dan tanaman juga dilakukan.
Di era Ahok, kebersihan BKT sangat diperhatikan hingga tak nampak sampah yang berserakan baik di tepi, maupun di permukaan air BKT.
1. Bendungan Ciawi dan Sukamahi
Pembangunan dua bendungan di Kawasan Puncak Bogor ini masih terus berlanjut. Dua bendungan ini adalah Ciawi dan Sukamahi yang masuk ke dalam 49 proyek bendungan baru pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Proyek yang masih berjalan hingga era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat ini, dimulai sejak 2018. Anies meyakini, proyek ini dapat mengurangi 30% banjir di Jakarta.
Menurut informasi terakhir terkait pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi pada Desember 2018, masih dalam tahap penggalian pengalihan aliran sungai dengan konduit. Hingga saat itu, progress Bendungan Ciawi capai 9%, Bendungan Sukamahi 12%. Proyek bendungan ini ditargetkan selesai akhir tahun 2019.
2. Naturalisasi Sungai
Program naturaliasi sungai dan waduk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih terus berjalan. Anies menargetkan program tersebut selesai pada akhir 2019.
Konsep naturalisasi ini berbeda dengan proyek normalisasi sungai di era Ahok. Naturalisasi ini tidak mengubah sungai atau membangunnya dengan beton. Namun, mempertahankan bentuk belokan sungai secara alamiah sehingga air meresap ke tanah sebelum terdrainasi ke hilir. Lalu, ekosistem sungai juga dipertahankan.
Selain itu, konsep naturalisasi tidak menggunakan turap tapi menggunakan bronjong atau susunan batu. Naturalisasi ini juga akan dilakukan dengan pembangunan jalur hijau.
Naturalisasi sungai dilakukan di lima wilayah, salah satunya adalah di koridor Kali Ciliwung, sampai dengan pintu air Istiqlal.
Halaman Selanjutnya
Halaman