Praktis, masih ada sekitar 200 km jalur MRT yang harus dikebut pembangunannya dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Bagaimana caranya?
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar mengatakan butuh percepatan yang sangat masif untuk merealisasikan target tersebut. Strategi yang dilakukan juga harus berbeda dengan model sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Inikah Rute Masa Depan MRT Jakarta? |
Percepatan yang dimaksud adalah dengan melakukan pekerjaan secara paralel pada setiap fase, sehingga setiap tahunnya pembangunan jalur MRT yang baru bisa dilakukan.
Salah satu langkah percepatan yang ditempuh MRT saat ini adalah dengan merampungkan pendanaan untuk pembangunan MRT Jakarta fase III yang menyambungkan Cikarang dan Balaraja. Untuk tahap awal, pembangunan fase Timur ke Barat tersebut dilakukan dari Kalideres ke Ujung Menteng terlebih dahulu.
"Langkah internal yang kita lakukan di MRT khusus Timur-Barat, mulai mencari peluang pendanaan dengan beberapa opsi termasuk yang kami coba ini adalah kombinasi antara pendanaan pemerintah, pinjaman luar negeri dan dana swasta," katanya.
Wacana pembangunan MRT hingga 230 km sendiri keluar dari hasil studi Jabodetabek Urban Transport Policy Integration Phase 2 (JUTPI 2). JUTPI Fase 2 adalah kerja sama teknis antara pemerintah Indonesia (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) dan pemerintah Jepang (Badan Kerjasama Internasional Jepang).
Proyek ini disetujui berdasarkan catatan diskusi proyek integrasi kebijakan transportasi perkotaan Jabodetabek fase II antara JICA yang diwakili oleh JICA Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Badan Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan fungsi institusi administratif dari sistem transportasi perkotaan dengan mempromosikan pengembangan kapasitas dan kerjasama antara organisasi terkait transportasi perkotaan di Jabodetabek dalam rangka pengembangan sistem transportasi umum perkotaan.
(eds/ara)