Ditemui usai rapat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan bahwa hingga kini pembebasan lahan proyek kereta cepat hanya bersisa satu persen saja. Namun dia bilang masih ada banyak hal yang harus dikerjakan meski pengadaan lahan tinggal sedikit.
"Berita baik posisi pembebasan lahan sudah 99% kalau jadwal masih ditetapkan 2021 beroperasi. Tadi dirapatkan 1% pembebasan lahan itu koordinasinya, ini masalahnya banyak, administrasi, pengadilan, registrasi, dan lain-lain," ujar pria yang akrab dipanggil Emil ini di Kantor Luhut, Selasa (12/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biar 1% kan jumlah banyak nih. Problem pembangunan di Indonesia memang urusan negosiasi pembebasan lahan. Itu ada di Bekasi, Karawang, Purwarkarta. (Luasnya) Saya lupa, pokoknya sisa sepersen," ujar Emil.
Emil pun memaparkan masalah yang membuat pembebasan lahan terganggu. Salah satunya ada beberapa fasilitas umum yang belum bisa dibebaskan karena belum diserahkan ke Pemkot.
"Ada contoh fasum (fasilitas umum) belum diberikan karena belum diserahkan ke Pemkot maka belum bisa konstruksi," ujar Emil.
Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra yang juga ditemui usai rapat mengungkapkan bahwa pihaknya sengaja meminta bantuan Luhut untuk melakukan konsolidasi soal pembebasan lahan. Dia menilai hingga kini terlalu banyak urusan administrasi dalam pembebasan lahan.
"Lahan kan tinggal sedikit cuma ini banyak banget masalah administrasi, pengadilan, dan di BPN. Maka kita minta support supaya bisa kita cepatkan gitu," ujar Chandra.
(eds/eds)