Jakarta -
PLUS Expressways International Berhad (PEIB), anak usaha UEM Group Berhad resmi tak lagi memiliki saham di PT Lintas Marga Sedaya (LMS). Itu artinya, tak ada lagi 'DNA' Malaysia di tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Saham perusahaan itu dibeli oleh PT Astra Tol Nusantara (ASTRA Infra) melalui PT Baskhara Utama Sedaya (BUS). ASTRA Infra juga menggandeng mitra yakni Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB).
Dengan selesainya proses akuisisi ini, maka saham LMS kini seluruhnya dimiliki oleh ASTRA Infra 55% dan CPPIB 45%. Simak informasi selengkapnya di sini:
Dalam sejarahnya, tol Cipali sebenarnya sudah digagas dari era Presiden Soeharto. Dengan berbagai permasalahan, rencana pembangunan tol sepanjang 116,75 km itu mangkrak.
Barulah di era Presiden SBY, tol ini bisa terealisasi. Ironisnya yang merealisasikan adalah perusahaan dari Malaysia PEIB. Saat itu porsi kepemilikannya 55% sisanya dimiliki PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) sebanyak 45% dengan hak konsesi 35 tahun.
BUS sendiri awalnya merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Bukaka Teknik Utama dan PT Baskhara Lokabuana, dan PT Interra Indo Resources yang merupakan anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang dimiliki Sandiaga Uno.
Proyek tol yang awalnya diestimasikan menelan biaya Rp 12,5 triliun itu dilakukan groundbreaking pada 8 Desember 2011. Saat itu Menteri Kerja Raya Malaysia Datuk Seri Shaziman Bin Abu Mansor turut hadir. Ini merupakan proyek tol Indonesia pertama yang diinisiasikan oleh investor Malaysia.
Saat itu Presiden Direktur PT LMS Muhammad Fadzil mengatakan pembiayaan akan dilakukan dengan pendanaan pinjaman dari sindikasi perbankan akan segera terealisasi dengan nilai kurang lebih Rp 8,8 triliun.
Sindikasi itu dipimpin oleh Bank Mandiri dan BCA. Di dalamnya juga ada bank-bank dari Malaysia.
Tol Cipali pun akhirnya diresmikan pada 13 Juni 2015 lalu. Biaya yang dihabiskan untuk membangun tol ini mencapai Rp 13,7 triliun.
Lalu, pada 18 Januari 2017 Saratoga menjual saham BUS (45%) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian, saham tersebut dibeli oleh ASTRA Infra
Tol Cikopo-Palimanan kini tak ada lagi 'DNA' Malaysia di dalamnya. PLUS Expressways International Berhad (PEIB), anak usaha UEM Group Berhad telah resmi menjual 55% sahamnya di PT Lintas Marga Sedaya (LMS).
Saham itu diambil sepenuhnya oleh ASTRA Infra melalui PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) dengan menggandeng Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB). Dengan begitu kini saham LMS seluruhnya dimiliki oleh ASTRA Infra 55% dan CPPIB 45%.
Rencana hengkangnya pihak Malaysia di LMS sendiri muncul sejak beberapa bulan yang lalu. Hal itu diungkapkan oleh Direktur PT Astra Tol Nusantara Kris Ade Sudiyono yanh menjelaskan bahwa UEM Group bakal melepas seluruh sahamnya di tol tersebut yang nantinya akan diambil alih oleh Astra Infra.
"Yang jelas kita memang sedang ada proses dengan existing shareholder which is UEM Group untuk melakukan diskusi transfer of share 55% sahamnya dia. (Targetnya) tahun ini," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (29/10/2019) yang lalu.
Namun, saat itu dia menjelaskan bahwa Astra Infra akan menggandeng rekanan dalam rangka mengakuisisi 55% saham UEM di Tol Cipali.
"Saat ini kan 45% (kepemilikan) di kita, 55 persennya UEM. UEM akan exit 100% ya kan. Kalau ditambah (ke Astra Infra) kan jadi 100%, cuma saya bersama dengan teman," ujarnya.
PT Astra Tol Nusantara (ASTRA Infra) akhirnya mewujudkan niatnya untuk memiliki seutuhnya tol Cikopo-Palimanan (Cipali). PLUS Expressways International Berhad (PEIB), anak usaha UEM Group Berhad telah resmi menjual 55% sahamnya di PT Lintas Marga Sedaya (LMS).
ASTRA Infra sendiri bukanlah inisiator dari berdirinya tol Cipali. Tol ini awalnya memang diinisiasikan oleh investor asal Malaysia, PEIB. Saat itu porsi kepemilikannya 55% sisanya dimiliki PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) sebanyak 45% dengan hak konsesi 35 tahun.
BUS sendiri awalnya merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Bukaka Teknik Utama dan PT Baskhara Lokabuana, dan PT Interra Indo Resources yang merupakan anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang dimiliki Sandiaga Uno.
Lalu, pada 18 Januari 2017 Saratoga menjual saham BUS (45%) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian, saham tersebut dibeli oleh ASTRA Infra.
Anak usaha dari Astra Internasional Tbk ini merasa tak puas hanya memiliki sebagian dari tol Cipali. Bulan lalu Direktur PT Astra Tol Nusantara Kris Ade Sudiyono memberikan sinyal bahwa UEM Group bakal melepas seluruh sahamnya di tol tersebut yang nantinya akan diambil alih oleh Astra Infra.
"Yang jelas kita memang sedang ada proses dengan existing shareholder which is UEM Group untuk melakukan diskusi transfer of share 55% sahamnya dia. (Targetnya) tahun ini," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (29/10/2019) yang lalu.
Saat itu Kris mengatakan bahwa ASTRA Infra akan merealisasikan niatan itu dengan menggandeng mitra. Akhirnya niat itu terealisasikan.
Pada 28 November 2019 dilakukan penandatanganan perjanjian pembelian 55% seluruh saham milik PEIB di LMS melalui PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) bersama-sama dengan Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB).
Halaman Selanjutnya
Halaman