Berkebalikan dengan masyarakat Jakarta yang masih banyak yang memakai mobil pribadi atau motor, masyarakat Tokyo jauh lebih banyak yang menggunakan moda transportasi massal seperti kereta.
Berdasarkan data dari Pemerintah Jepang tahun 2013, sekitar 93,5% warga Jepang diketahui menggunakan moda transportasi kereta untuk bepergian. Moda transportasi lan seperti bus, motor, dan lainnya hanya dipakai oleh sekitar 6,5% warga Jepang. Kontras dengan kondisi transportasi di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fungsi kereta di Tokyo besar sekali, karena penumpangnya banyak sekali. 50-48% orang di Tokyo menggunakan kereta api," ujar Tanaka.
Tanaka bilang, sebenarnya Jakarta dan Jepang memiliki karakteristik demografi penduduk yang mirip. Kepadatan penduduk di Tokyo adalah 15 ribu per km2.
Bedanya, biaya tarif keseluruhan per hari bagi pengguna mobil di Tokyo cukup mahal. Tak mengapa, banyak masyarakat yang lebih menggunakan moda transportasi kereta.
"Punya mobil di Tokyo mahal, parkir pulang pergi mahal. Sekitar 7-8 ribu yen per hari (Rp 900-1 jutaan), per jam 800 yen (Rp 100 ribuan)," ujar Tanaka.
Biaya parkir di Tokyo yang cukup mahal membuat masyarakat Tokyo malas menggunakan mobil. Belum lagi biaya pajak mobil yang cukup mahal, makin membuat masyarakat beralih ke moda transportasi kereta.
"Beban biaya keseluruhan, pajak mobil mahal lalu parkir. Harga mobil lebih murah dari Jakarta," terang Tanaka.
Baca juga: Bikin Stres, Jangan Bawa Mobil di London! |
Hanya di atas segala hal, masyarakat Jepang lebih suka naik kereta terkait soal waktu. Ketepatan kereta di Jepang sudah teruji, tapi lain halnya apabila naik mobil dan moda transportasi lain yang tidak terukur waktunya.
"Mobil itu sulit untuk estimasi waktu," ujar Tanaka.
Masyarakat Jepang memang sangat menghargai ketepatan waktu di atas segala-galanya. Kebijakan Pemerintah Jepang serta kesadaran masyarakatnya jadi kombinasi untuk mengatasi kemacetan di Tokyo.
(rdy/eds)