Pembangunan proyek fase II Moda Raya Terpadu (MRT) akan lebih sulit daripada fase I. Pasalnya pembangunannya mayoritas dilakukan di bawah tanah dan banyak melewati area strategis.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan bulan Maret proyek pembangunan fase II ini akan berjalan dimulai dengan paket CP201. Waktu pembangunannya selama 58 bulan atau sekitar 4 tahun 10 bulan.
Silvia menjelaskan beragam masalah teknis menjadi tantangan untuk proyek yang menghubungkan MRT di Bundaran HI menuju Kota ini. Mulai dari kondisi tanah yang lebih lunak hingga berbagai bangunan tua dan cagar budaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling tidak 58 bulan, karena memang ada tantangan teknis yang berbeda dari fase satu. Contohnya seperti kondisi tanah yang lebih lunak di Jakarta Utara. Kemudian berbagai bangunan tua dan cagar budaya," ungkap Silvia di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Proyek yang melewati Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk ini juga mengalami rintangan dengan adanya Kali Ciliwung.
"Kemudian juga adanya Kali Ciliwung yang ada di tengah, antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk sehingga semua kondisi fisik ini harus ditangani dengan hati-hati," ungkap Silvi.
Dia mengatakan wajar bila pembangunan proyek ini cukup lama hingga 4 tahun lebih. Pasalnya, metode pembangunannya harus lebih hati-hati.
"Metode pembangunan juga harus lebih baik dan lebih kuat sehingga waktu itu yang diperlukan meskipun cukup lama. Sehingga seperti yang tadi disampaikan, sangat penting kita pastikan bahwa pembangunan ini nanti on schedule dan on quality," ungkap Silvia.
Hari ini sendiri, pihak MRT baru saja menekan kontrak kerja dengan konsorsium Shimizu-Adhi Karya JV (SAJV) untuk menggarap paket CP 201. Paket ini akan membuat terowongan dari Bundaran HI menuju Harmoni, dan dua stasiun yaitu Thamrin dan Monas.
(eds/eds)