PT MRT Jakarta mengumumkan jumlah penumpang yang diangkut mengalami penurunan yang tajam. Dari yang biasanya mencapai 100.000 per hari kini menyisakan sekitar 2.000-an penumpang.
Direktur Utama MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan penurunan tersebut merupakan dampak kebijakan penanggulangan virus Corona alias COVID-19. Mulai dari penerapan protokol kesehatan hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Pertama penurunan jumlah penumpang setelah terjadinya COVID-19, kalau anda ingat pasien terpapar pertama dan kedua pada 2 Maret 2020, pada minggu itu belum turun, MRT masih beroperasi normal," kata William dalam video conference, Jakarta, Rabu (29/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: MRT Jakarta Bebaskan Biaya Sewa UMKM 3 Bulan |
William menjelaskan penurunan jumlah penumpang mulai terjadi pada 13 Maret menjadi 98.757 orang dari yang sebelumnya 109.873 orang di 6 Maret 2020. Penurunan penumpang sangat signifikan terjadi pada 16 Maret menjadi 27.269 orang.
"Karena kita menurunkan jam operasi dan melebarkan headway," jelasnya.
Beberapa hari selanjutnya, jumlah penumpang MRT Jakarta kembali menurun tepatnya di tanggal 20 Maret menjadi 21.813 orang. William bilang hal itu dikarenakan kebijakan penutupan stasiun yang dilakukan mulai 20 April, yaitu Stasiun Haji Nawi, Blok A, ASEAN, Istora Mandiri, dan Setiabudi Astra.
Dengan kebijakan seperti itu, jumlah penumpang semakin turun. Tepat pada 27 Maret jumlah penumpang menjadi 8.685 orang per hari. Pada saat itu diumumkan juga MRT Jakarta menutup Stasiun Bendungan Hilir dan Senayan, sehingga total stasiun yang ditutup menjadi tujuh.
"Ini terus berkembang sampai PSBB dan jumlah stasiun yang kita tutup dari 3, menjadi 5, dan menjadi 7 stasiun, rata-rata penumpang 4.134 per hari. Itu tren penurunan penumpang," katanya.
"Catatan terakhir jadi memang penurunan di 28 Maret tinggal 2.080 orang, trennya terus menurun dan kita melihat itu indikasi pelaksanaan PSBB berjalan dengan baik," tambahnya.
(hek/ara)