Jalan tol di Indonesia mulai beroperasi sejak 1978 lalu. Tol pertama yang dioperasikan adalah jalan tol Jagorawi dengan panjang lebih kurang 50 km (termasuk jalan akses). Tol Jagorawi menghubungkan Jakarta, Bogor, dan Ciawi. Pembangunan jalan tol yang dimulai tahun 1975 ini dilakukan oleh pemerintah dengan dana dari anggaran pemerintah dan pinjaman luar negeri yang diserahkan kepada PT. Jasa Marga (persero) Tbk.
Kini usia tol itu sudah mencapai 40 tahun lebih dan tentunya menyimpan banyak cerita. Tak sedikit, kejadian 'ngeri' terjadi di sana. Salah satu yang kerap terjadi adalah kecelakaan, baik kecelakaan tunggal maupun beruntun.
Tidak hanya terjadi sekali dua kali, kecelakaan di ruas tol Jagorawi ini bahkan terjadi berulang. Salah satu kasus yang pernah menjadi sorotan publik yaitu peristiwa nahas yang menyeret nama anak musisi Ahmad Dhani, Dul Jaelani yang menyebabkan 6 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi kejadian yang menimpa Wakil Jaksa Agung Arminsyah. Ia dilaporkan meninggal dunia saat sports car Nissan GT-R yang dikendarainya mengalami kecelakaan lalu lintas di Tol Jagorawi, Kilometer 13 B.
Lalu, ada juga kecelakaan tunggal mobil Suzuki APV yang menyebabkan meninggalnya 3 orang sekaligus di sana. Kecelakaan terjadi di ruas jalan tol Jagorawi, KM 36+600 Sentul, Kabupaten Bogor pada Minggu (15/9/2019). Selain menyebabkan korban meninggal dunia ada 6 orang korban lainnya yang luka ringan hingga luka berat.
Namun, siapa sangka, tol Jagorawi ini sudah sering memakan korban bahkan sejak awal proses pembangunannya. Korban pertama dalam proyek pembangunan tol ini adalah masyarakat Indonesia sendiri yang harus rela menjadi kuli di bawah arahan kontraktor asing.
Saat itu, pengerjaan proyek ini melibatkan kontraktor asal Korea Selatan. Hal ini dinilai beberapa kalangan akan menempatkan pekerja Indonesia sebagai pekerja kasar saja alias kuli.
Salah seorang yang paling menentang pelibatan asing dalam proyek tersebut adalah Eks Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan pada era Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno, tepatnya di Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-12 Agustus 1955), Roosseno Soerjohadikoesoemo.
Menurut Roosseno, orang-orang Indonesia sanggup menggarap sendiri proyek ini. Jika dipegang kontraktor asing, ia khawatir orang-orang Indonesia hanya menjadi kuli, bahkan termasuk yang sudah bergelar insinyur.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Simak Video "Video Lalin Puncak Arah Jakarta Padat Malam Ini, One Way Masih Berlaku"
[Gambas:Video 20detik]