Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG) dijanjikan tidak akan menjadi biang kerok banjir lagi. Pasalnya saat ini sudah ada infrastruktur yang lebih siap untuk menampung air hujan dengan intensitas yang tinggi.
Kepala Satuan Kerja Jalan Bebas Hambatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bambang Nurhadi mengatakan sudah membentuk tim konsultasi penanganan banjir yang disinkronisasikan dengan tim kereta api cepat. Tim tersebut telah membuat parapet (tanggul) dan normalisasi saluran di sekitar proyek.
"Alhamdulillah sekarang sudah progres pembuatan parapet di kilometer (km) 130 (tol Padalarang-Cileunyi/Padaleunyi), normalisasi saluran sudah selesai kira-kira 10 hari yang lalu. Insyaallah tidak (banjir lagi) karena normalisasinya sudah selesai, kemudian parapet-nya juga naik," kata Bambang di casting yard 1 proyek kereta cepat JKT-BDG, di sisi KM 29 Tol Jakarta-Cikampek, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (2/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ini salah satu risiko. Kebetulan kami ditugaskan dari PUPR untuk mengawal proyek ini dalam rangka sinkronisasi, pengawasan, pengendalian, dan sebagainya," tambahnya.
Bambang menjelaskan, banjir yang sempat terjadi di sekitar proyek kereta cepat karena intensitas curah hujan yang tinggi. Ditambah daerah kawasan tersebut memiliki struktur tanah yang rendah dan memang rawan banjir.
"Memang daerah rendah. Itu banjir bukan karena sebuah sebab yang besar, tapi memang daerah rendah yang memang itu adalah tempat potensi rawan banjir sehingga ada parapet eksisting yang ditambah panjangnya oleh kereta api cepat," jelasnya.
Seperti diketahui, proyek kereta cepat JKT-BDG sering disebut biang kerok banjir. Proyek yang di kerja samakan antara Indonesia-China itu sempat menjadi pemicu banjir di tol Jakarta-Cikampek, dan belum lama ini menjadi penyebab banjir di tol Padaleunyi km 130.
(eds/eds)