Proyek jalan Tol Trans Sumatera tahap satu disebut masih butuh dana sekitar Rp 80,5 triliun. Kebutuhan dana ini diharapkan bisa terpenuhi pada awal 2023.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengungkapkan suntikkan ini bisa membantu untuk menuntaskan pembangunan. Budi mengungkapkan untuk pembangunan tol Trans Sumatera untuk lima ruas tol sudah beroperasi sepanjang 513 kilometer. Kemudian delapan ruas masih dalam konstruksi sepanjang 643 kilometer mencapai Rp 152 triliun.
Selain itu untuk dukungan konstruksi senilai Rp 15 triliun. Jika ditotal maka jumlahnya mencapai Rp 168,24 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebutuhan likuiditas yang kami perlukan adalah Rp 120 triliun, sudah tersedia hingga 2020 Rp 39,7 triliun. Sebesar Rp 27 triliun itu PMN, ada juga pinjaman Rp 31 triliun, jadi kami masih perlu PMN Rp 80,5 triliun," jelas dia.
Dia menyebut untuk kekurangan pendanaan ini juga ada dukungan dari Badan Layanan Umum (BLU) yang akan dibentuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebesar Rp 19 triliun selama 4 tahun.
Sekadar informasi pemerintah sudah menyuntikkan PMN sebesar Rp 3,5 triliun kemudian tambahan Rp 7,5 triliun dari alokasi pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang masih dalam proses menunggu. Kemudian tahun depan HK mendapatkan PMN sebesar Rp 6,2 triliun. Angka ini masih jauh dari kebutuhan dana proyek Trans Sumatra tahap pertama sebesar Rp 80,5 triliun.
"Kalau Rp 6,2 triliun terlalu kecil. Kami mohon dukungan Bapak Ibu Komisi XI sehingga kami di lapangan bisa berlanjut dan kalau PMN ini terlambat, kami harus bridging dari bank," jelas dia.