Jalan tol Trans Sumatera (JTTS) merupakan jalan bebas hambatan pertama yang dibangun pemerintah di pulau Sumatera. Panjangnya terbentang 2.987 kilometer (km) dari Lampung hingga Aceh.
Jalan tol Trans Sumatera ini dikerjakan oleh PT Hutama Karya khususnya pada koridor utama sepanjang 2.069 km dan koridor pendukung sepanjang 919 km. Sayangnya, tol Trans Sumatera ini menyimpan cerita yang kurang enak. Berikut fakta-faktanya:
1. Sepi
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalur bebas hambatan pertama di Sumatera ini kabarnya masih sepi. Alhasil mengundang aksi kejahatan dan tindak kriminal seperti begal dan pelanggaran tata tertib.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengungkapkan pihaknya pernah melakukan pemantauan lapangan mengenai kondisi tol Trans Sumatera.
Djoko bilang, ada beberapa zona yang relatif lebih rawan dari kejahatan. Artinya, tidak semua ruas tol Trans Sumatera rawan aksi kejahatan karena masih sepi pengendara.
"Jadi itu ruas yang selatan saja, yang utara tidak. Di selatan ada dua wilayah yang rawan sekitar Mesuji dan Kayu Agung di daerah rawa-rawa, zona merah lah," kata Djoko kepada CNBC yang dikutip, Jumat (27/11/2020).
2. Wilayah Rawan Begal
Secara spesifik, Djoko mengatakan ruas yang dianggap zona merah itu relatif jauh dari Mesuji dan Kayu Agung. Namun beberapa kejadian tindak kejahatan pernah terjadi di sana.
"Tapi yang namanya orang nekat rampok mencegat kendaraan, korbannya truk-truk yang lagi istirahat, ada yang menyerang, ada yang bawa mobil juga rampoknya, modal juga mereka," katanya.
Sementara di bagian utara tol Trans Sumatera, Djoko menilai tidak pernah terjadi masalah. Menurut Djoko, pemicunya adalah mengenai tingkat sosial di wilayah tersebut.
"Sebagai pembanding tol di Kalimantan juga sepi, tapi malah aman," ujarnya.