Dasar Corona, Pendapatan Tiket MRT Sampai Anjlok 73%

Dasar Corona, Pendapatan Tiket MRT Sampai Anjlok 73%

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 10 Des 2020 14:31 WIB
MRT jadi salah satu transportasi yang kerap digunakan warga untuk beraktivitas di akhir pekan. Namun, pandemi COVID-19 membuat MRT tampak sepi.
Foto: Herdi Alif Alhikam
Jakarta -

Pandemi COVID-19 yang membuat ruang gerak masyarakat dibatasi sangat berpengaruh terhadap pendapatan PT MRT Jakarta, khususnya untuk pendapatan tiket atau farebox. Bahkan perusahaan bisa kehilangan pendapatan farebox hingga 73%.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan, awalnya perusahaan menargetkan pendapatan farebox tahun ini mencapai 100 ribu penumpang per hari. Pada Januari dan Februari 2020 skala penumpang per harinya terus naik dan menuju target tersebut.

"Namun karena pandemi COVID-19 yang muncul di awal Maret sehingga penumpang menurun drastis," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang pada Juni 2020 penumpang MRT mulai merangkak naik sering penerapan PSBB transisi. Sayangnya hingga hari ini rata-rata penumpang per hari masih mencapai 17.381 penumpang.

William yakin rata-rata penumpang per hari itu masih terus naik hingga akhir Desember 2020. Perusahaan menargetkan bisa mencapai 27 ribu penumpang per hari. Namun jika dibandingkan dengan target awal maka MRT kehilangan pendapatan dari tiket di tahun pandemi ini sekitar 73%.

ADVERTISEMENT

"Jadi sekarang kita review menjadi 27 ribu penumpang per hari. Jadi kontraksinya bisa dikatakan 73% di 2020," terangnya.

Meski begitu perusahaan masih bisa terselamatkan dengan pendapatan dari non-farebox seperti iklan. Salah satu yang tengah dilakukan perusahaan adalah memanfaatkan pilar di jalur layang MRT untuk media iklan dengan memasan layar LCD dan LED.

Saat ini MRT dalam proses memasang sebanyak 438 pilar yang neon box dan 50 pilar LED. Lokasinya mulai dari Stasiun Lebak Bulus sampai Stasiun ASEAN dan Depo Lebak Bulus.

"Cukup menggembirakan pendapatan kita di non-farebox ada pengaruh tapi sangat sedikit. Kadi masih bisa kita pertahankan. Kita belum tahu angkanya maksimalnya berapa, tapi mungkin sekitar Rp 370 miliar per tahun. Ini lebih baik dari tahun lalu," ucapnya.

Selain itu PT MRT juga masih bergantung pada pendapatan subsidi dari Pemprov DKI Jakarta yang tahun ini hanya sekitar Rp 600 miliar. Hal itu karena kapasitas fiskal Pemprov DKI Jakarta yang berkurang akibat pandemi.

Dengan 3 sumber pendapatan itu, MRT harus bisa bertahan hingga akhir tahun ini. Meski begitu, William menjamin cashflow MRT hingga akhir tahun masih positif.

Meskipun perusahaan juga melakukan berbagai efisiensi. Salah satunya menunda pembelian simulator kereta.

"Jadi pendapatan kita efisiensikan agar menjaga cashflow dan buku kita positif. Kita masih optimistis EBITDA masih positif. Mungkin ada rugi atau laba kita belum tahu, bulan depan dilaporkan," tutupnya.


Hide Ads