Proses pembangunan Terminal Multifungsi Wae Kelambu, Pelabuhan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibangun PT Brantas Abipraya (Persero) mencapai 86%. Berlokasi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), proyek yang menjadi salah satu unggulan Presiden Joko Widodo ini digadang akan mendukung Labuan Bajo menjadi destinasi super premium.
"Kami akan kejar terus pengerjaannya agar dapat rampung tepat waktu dan memberikan wajah baru bagi Pelabuhan Labuan Bajo, karena selain menjadi lalu lintas logistik, terminal ini juga akan menjadi bongkar muat kontainer dan kargo sehingga akan memisahkan aktivitas pariwisata dan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Labuan Bajo," ujar General Manager Divisi Operasi 3 Brantas Abipraya Dodi Perbawanto dalam keterangan tertulis, Rabu (3/2/2021).
Dodi menambahkan dermaga ini memiliki ukuran 120 x 20 meter. Pengerjaan fisik lainnya seperti trestle berukuran 60 x 12 meter telah selesai. Sedangkan untuk pengerjaan causeway 690 meter dengan progres pengerjaan 82%, lalu untuk pengerjaan reklamasi seluas 3 hektare telah selesai 96%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelabuhan itu diarahkan untuk lalu lintas logistik, bongkar muat kontainer, kargo serta curah cair. Dengan pemindahan kegiatan logistik ke terminal multipurpose ini, Pelabuhan Labuan Bajo akan direvitalisasi dan dikhususkan bagi kapal-kapal wisata dan kapal penumpang.
Menurut Dodi, perusahaan selalu memberikan yang terbaik di setiap proyek garapannya dengan mengutamakan kualitas mutu, pelayanan dan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja), khususnya saat pandemi COVID-19 ini menghadang.
K3 selalu menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan proyek pembangunan terminal multifungsi ini. Hal ini terlihat dari penerapan disiplin protokol kesehatan yang dilakukan di proyek, guna mengantisipasi penyebaran COVID-19 di proyek-proyek Brantas Abipraya, langkah pencegahan juga dijalankan seperti dengan selalu memantau kesehatan para tenaga kerja di proyek, memonitor dengan aplikasi Ayo Sehat yang telah dikembangkan BUMN konstruksi ini sejak 2020. Aplikasi ini berfungsi untuk mendeteksi tingkat risiko tertular COVID-19.
"Tak hanya itu, para tim proyek diwajibkan untuk menerapkan 3M yaitu memakai masker dengan benar, mencuci tangan sesering mungkin dan menjaga jarak minimal 1 meter. Lingkungan proyek juga kami sterilkan secara berkala dengan menyemprotkan cairan disinfektan," tutup Dodi.
(mul/mpr)