Ganasnya Corona, Proyek Pelabuhan-Bandara Terpaksa Ditunda

Ganasnya Corona, Proyek Pelabuhan-Bandara Terpaksa Ditunda

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 07 Apr 2021 05:30 WIB
Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah pekerja proyek Tol Becakayu tidak mengikuti protap kesehatan. Bekerja bekerja tanpa memakai masker.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pandemi Corona berdampak terhadap penundaan sejumlah proyek di sektor perhubungan seperti pelabuhan hingga bandara. Hal itu dikarenakan ada refocusing anggaran untuk penanganan virus Corona.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan refocusing anggaran 2021 dari Rp 10,58 triliun menjadi Rp 7,54 triliun. Sedangkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub melakukan refocusing anggaran 2021 dari Rp 11,35 triliun menjadi Rp 8,14 triliun.

Program yang terpaksa ditunda di bidang Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) yakni pengadaan 19 unit kapal patroli laut jenis Rigid Bouyant Boat (RBB). Program itu terpaksa ditunda karena anggaran yang disiapkan Rp 22.890.000 dialihkan untuk penanganan COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di bidang kepelabuhanan, ini hampir semua kegiatan baik mulai pembangunan pelabuhan baru, kemudian lanjutan pembangunan pelabuhan, rehabilitasi pengembangan dan lain-lain hampir semua kena dampak refocusing," kata Ditjen Perhubungan Laut Agus Purnomo dalam RDP dengan Komisi V DPR RI, Selasa (6/4/2021).

Selain ditunda, dampak dari refocusing anggaran membuat jumlah pembangunan dikurangi atau diubah dari single years contract (SYC) menjadi multi years contract (MYC). Bahkan pihaknya mencari sumber pendanaan lain dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

ADVERTISEMENT

"Yang urgent sekali tetap kami laksanakan. Sedangkan yang tidak, kami tunda tahun depan," jelasnya.

Berikut daftar pembangunan infrastruktur di sektor laut yang terdampak refocusing:

1. Pembangunan pelabuhan baru, lanjutan pembangunan/penyelesaian faspel/KDP dari 28 lokasi menjadi hanya 10 lokasi.
2. Pembangunan dan rehabilitasi gedung pelayanan Ditjen Perhubungan Laut dari 85 lokasi menjadi hanya 75 lokasi.
3. Pembangunan dan rehabilitasi sarana bantu navigasi pelayaran (menara suar, rambu suar, dan pelampung suar) dari 77 unit menjadi hanya 32 unit.
4. Pembangunan dan rehabilitasi telekomunikasi pelayaran dari 19 paket menjadi 10 paket.
5. Pembangunan kapal patroli dari 65 unit menjadi 35 unit.

Daftar pembangunan infrastruktur di sektor udara yang terdampak refocusing:

1. Pengadaan fasilitas pelayanan darurat penerbangan dari 5 lokasi menjadi 4 lokasi.
2. Peningkatan kapasitas dan perbaikan permukaan runway dari 43 lokasi menjadi 28 lokasi.
3. Pembangunan dan pengembangan terminal bandara dari 16 lokasi menjadi 10 lokasi.

(aid/ara)

Hide Ads