Dipuji Netizen India Rasa Bandara, Ini Sejarah RI Rombak Stasiun

Dipuji Netizen India Rasa Bandara, Ini Sejarah RI Rombak Stasiun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 06 Jun 2021 18:27 WIB
Para calon penumpang terlihat di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (26/4/2021).  Arus mudik lebaran yang diperketat belum terlihat mencolok di stasiun tersebut.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Stasiun kereta api Indonesia mendapat pujian dari netizen India karena dianggap bersih seperti bandara. Komentar itu muncul usai youtuber Volpe Where Are You saat mengulas pengalamannya naik kereta api luxury.

Memang, wajah kereta api Indonesia jauh berbeda dengan dulu. Bagi anak kereta atau biasa disebut anker lama tentu pernah merasakannya.

Dulu, stasiun kereta sangat kumuh. Banyak pedagang asongan hilir mudik sehingga para anker pun familiar dengan istilah cangcimen yang berarti kacang, kuaci, permen. Belum lagi saat perjalanan di kereta, penumpang berdesakan, banyak copet hingga yang paling ekstrim ialah penumpang naik di atas gerbong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi itu terjadi sebelum tahun 2009. Wajah kereta api kala itu begitu buruk. Di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan, KAI berbenah dan mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Cerita perjuangan Jonan memperbaiki KAI itu kemudian dituangkan dalam buku berjudul KAI Recipe: Perjalanan Transformasi Kereta Api Indonesia.

"Setahun setelah era Pak Jonan, nilai laba-rugi perusahaan mulai biru. Dari yang sebelumnya minus menjadi plus. Bahkan keuntungan pada tahun 2014 mendekati Rp 1 triliun," kata Toto Pranoto dalam diskusi buku KAI Recipe: Perjalanan Transformasi Kereta Api Indonesia dalam catatan detikcom 10 Juni 2015 silam.

ADVERTISEMENT

Toto merupakan salah satu dari 4 penulis buku KAI Recipe yang diterbitkan oleh Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LM FEB) UI. 3 Penulis lainnya adalah Nurdin Sobari, Ruslan Prijadi dan Thamrin PH Simanjuntak.

Jonan melakukan sejumlah terobosan untuk memperbaiki KAI. Jonan memulai langkah perbaikan KAI dengan meningkatkan gaji pegawai agar kinerja mereka semakin meningkat. Dengan konsekuensi, tak ada lagi yang melakukan pekerjaan 'sampingan' di KAI. Sehingga tidak ada kebocoran dana.

Namun, hal itu tentu berdampak pada kenaikan biaya perusahaan.

"Tapi langsung dicover karena adanya kenaikan efisiensi. Peningkatan efisiensi lebih tinggi daripada peningkatan biaya kenaikan gaji," ujarnya.

Saat itu, Totok mengatakan, gaji pegawai KAI meningkat 7,7 kali lipat dari tahun 2009. Jonan juga melakukan perbaikan kinerja. Reward and punishment benar-benar diterapkan bagi seluruh pegawai KAI. Hal ini meningkatkan kepercayaan stakeholder. Bank-bank berani memberikan kredit pada perusahaan yang masih merugi itu, sehingga KAI dapat menambah asetnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan itu juga mengubah mindset pegawai KAI menjadi customer first alias mengutamakan pelayanan pelanggan. Ia merekrut orang-orang dari dunia bisnis dengan latar belakang pelayanan yang bagus. Pria lulusan Singapura itu juga merekrut ahli IT dan bekerjasama dengan BUMN lain yaitu PT Telkom untuk menghemat dana. Metode kerjasama yang digunakan adalah profit sharing.

Infrastruktur perkeretaapian juga dibenahi. Stasiun dibuat steril dan menggunakan gate elektronik. PT Kereta Commuterline Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT KAI mengalami peningkatan cukup pesat. Selain sarana dan prasarana, perbaikan SDM juga dilakukan.

"Tidak boleh ada lagi pegawai yang ditanya nggak bisa jawab," kata Toto.

Jonan mengirimkan tiga ribu pegawainya ke China dan Perancis untuk melihat sistem perkeretaapian di negara tersebut. Dari level menengah hingga 2 level di bawah direksi dikirimkan untuk menyaksikan sendiri pelayanan kereta api di sana.

Jonan, kata Toto, adalah sosok pemimpin yang memberi contoh. Itulah yang menyebabkan para pegawai KAI bisa mengikuti irama perubahan yang dibawanya.

Buku tersebut disusun dengan melakukan riset selama 9 bulan. Para penulis melakukan kunjungan ke sejumlah kantor kereta api di Jawa dan Sumatera. Jajaran direksi hingga front liners diwawancara untuk mendapatkan keterangan berimbang. Para stakeholders juga dimintai keterangannya.

"Kita juga ikut beberapa kali rapat eksekutif committee," tutupnya.

Sebagai informasi, video Volpe Where Are You sebenarnya bukanlah video baru. Video dengan judul Bule review Argo Bromo Anggrek Luxury Indonesian Train dari Jakarta ke Surabaya itu diunggah pada 14 Oktober 2019 lalu.

Namun, video itu menjadi perbincangan setelah akun Twitter @ridu mengunggah potongan komentar netizen yang menyebut seharusnya India belajar dari Indonesia cara menjaga stasiun kereta api yang seperti bandara.

"Bule review KA Argo Anggrek trus baca komen orang India ngeliat stasiun Gambir berasa kaya di Bandara," tulis akun @ridu.

Akun @PraneethGSKTech360 merespons dengan pujian serupa. "Stasiun kereta api lebih bersih daripada bandara. India seharusnya belajar dari Indonesia... Cinta Indonesia dari India."

(acd/dna)

Hide Ads