Ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang-Kayu Agung (Terpeka) hingga saat ini masih menjadi tol terpanjang di Indonesia. Tol yang masuk ke dalam ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTSS) ini punya panjang 189 km.
detikcom pun berkesempatan untuk menjajal tol yang dioperasikan pada tahun 2019 tersebut dalam kegiatan Media Tour Jalan Tol Trans Sumatera bersama Hutama Karya. Tol ini menyambungkan Provinsi Lampung dengan Sumatera Selatan.
Tol Terpaka bisa diakses dari Lampung dengan menempuh Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Bartek) yang juga punya jarak cukup jauh yaitu 141 km. Masuk ke tol Bartek pun cukup mudah karena aksesnya yang benar-benar dekat dengan Pelabuhan Bakauheni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang perjalanan di tol Bartek, pemandangan yang disuguhkan memang tak jauh berbeda dengan tol Sumatera pada umumnya, yaitu melewati perkebunan sawit yang sesekali juga ada hamparan rumput hijau.
Kontur dari tolnya yang naik turun juga semakin membuat perjalanan kami kali ini cukup seru. Beberapa bus dan truk besar yang menuju pelabuhan untuk menyebrang juga berbondong-bondong lewat di arus sebaliknya.
Tak terasa sekitar beberapa jam menempuh tol Bartek, kami sampai di gerbang tol Terbanggi Besar. Gerbang tersebut menjadi penunjuk kami sudah masuk ke dalam ruas tol Terpaka. Pada awalnya, panorama yang disuguhkan tak jauh berbeda dengan Tol Bartek.
Hingga sampai pada STA 188- STA 190, jalur tol mulai memasuki area rawa-rawa. Jalan pun semakin bergelombang. Meski begitu, tetap nyaman untuk dilalui karena kami berada pada kecepatan maksimal yang ditetapkan yaitu 100 km/h.
Untuk yang ingin lewat di tol ini, memang sangat disarankan untuk mematuhi batas maksimum kecepatan yang telah ditentukan yaitu 100 km/h. Dengan kecepatan tersebut, gelombang yang ada tidak terlalu berasa.
Penasaran dengan apa yang dialami yaitu jalan bergelombang dengan aspal yang tidak rata membuat kami penasaran apakah tol Terpeka memang seperti itu.
Ternyata, Tol Terpeka dibangun di atas lahan rawa yang punya kontur tanah tak stabil. Hal ini membuat jalan yang dibuat sedikit bergelombang.
Hutama Karya yang punya wewenang untuk mengoperasikan tol ini pun terus mencari cara agar perjalanan para pengendara tetap nyaman. Hal ini juga diakui oleh Direktur Operasi III Hutama Karya, Koentjoro.
Di sela-sela kegiatan media tour Tol Bakter-Terpeka, Koentjoro menuturkan bergelombangnya jalan selepas STA 140 atau gerbang tol Terbanggi Besar, dikarenakan karakteristik tanah yang ada didominasi rawa.
"Secara teori alam itu pasti akan terjadi jalan yang bergelombang, nanti setiap tahun harus kita lapis ulang lagi," ungkap Koentjoro kepada awak media, Kamis (20/1/2022)
Ia menjelaskan, menurut kajian dari engineering untuk tanah yang kurang bagus disarankan memang pengerasannya menggunakan hotmix aspal atau fleksibel.
"Kalau memakai fleksibel itu lebih efisien daripada beton (untuk tanah basah), tetapi akan mahal dipenanganan dan perlu waktu untuk perbaikan," ungkapnya.
![]() |